“Mia! Mia kok disini?” tanya ibu sepulang dari pasar setengah berteriak.
“Nenek!” Mia melompat dari pangkuan saya dan cepat menggapai neneknya.
“Mia sudah lama di sini? Mia ngapain aja?”
“Mia cuma cerita-cerita sama Om Mus? Ya kan, Om?”
Saya tersenyum. Senyumnya itu yang membawanya segera pulang diantar langsung oleh ibu saya.
Sejak kedatangan Mia, sikap ibu saya semakin berubah. Entah penafasiran apa yang ada pada ibu saat menemukan saya bersama Mia beberapa hari yang lalu itu. Hampir setiap hari saya selalu melihat ibu di rumah. Belanja pun ibu selalu membeli pada pedagang sayur yang lewat kesiangan. Ibu tidak pernah lagi pergi ke pasar. Perlakuan ibu terhadap saya sungguh sangat berlebihan. Saya benar-benar seperti ketika umur saya dua belas tahun. Kali ini saya mestinya marah, tapi sekali lagi saya cuma terdiam.
* * * *
“Ibu kira kamu sudah berubah, Mus!” sapa ibu sendu memecah perhatian saya yang tengah asik memandangi anak-anak perempuan yang sedang bermain tali di halaman depan. “Ibu sudah tua, Mus! Dulu Ibu pikir meski Bapakmu sudah tidak ada, Ibu masih sanggup menjaga kamu sendirian. Tapi kemampuan Ibu terbatas sekarang. Kamu butuh bantuan, Mus!”
Apa maksud ibu.
“Satu hal yang perlu kamu tahu, Ibu masih sayang sama kamu Mus! Apapun keadaan kamu. Karena Ibu tidak mau kehilangan satu anak lagi”
Apa sih ini? ibu semakina aneh saja.