Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pembunuh Pembunuh

12 Januari 2011   02:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:41 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gan...tolong...Gan!" Perasaan Dhani makin tak karuan. Nafasnya naik turun. Ludahnya berulang kali terteguk tak sadar. Dalam hidupnya lebih dari lima kali dia menghabiskan hidup seseorang dengan cara meracun. Hingga kematian bukan hal yang terlalu asing dalam hidupnya. Kecuali dengan kematiannya sendiri.

Pistol sudah benar-benar di arahkan pada jidat Dhani, pelatuk sudah ditarik, takdir telah siaga turun. "Bersiaplah, Dhan..!"

"Gaaan..."

Pelatuk dilepas. DOR!

Dhani rubuh. Juragan Aris tertawa-tawa.

****

"Tepatnya dimana?"

"Saya kurang tau, Pak! Tapi saya yakin ini jalan menuju Cibeusi. Setelah warung makan ada turunan tajam, di tikungan pertama Bapak akan melihat mobil box diparkir. Saya sudah ada di sana, mengikutinya pakai motor. Bapak tahu kan tempatnya?"

"Dekat situ ada palang jalan yang hancur, kan?"

"Iya benar, Pak!"

"Baik, kami akan segera kesana. Berhati-hatilah, Bu! Ibu tak kan tahu apa yang diperbuat lelaki itu jika mendapati ibu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun