Metafisika sebagai warisan para filsuf sebelumnya kemudian direduksi menjadi filsafat rasionalistik yang tunduk patuh pada tata aturan berpikir yang logis dan berpijak pada fakta-fakta empiris. Aspek ontologi dari filsafat yang ditujukan untuk mengetahui dimensi metafisik dari sebuah hal digantikan dengan cara pandang yang bersumber pada rasio dan pancaindera, sebuah pandangan yang kering dan mekanistik.
Hal di atas berimplikasi juga pada hilangnya warisan metafisis dari berbagai ajaran agama. Alam yang dahulunya dipandang sebagai tajalli (manifestasi) dari Tuhan tidak lagi digunakan sebagai dasar untuk berhubungan dengan alam.
Hilangnya sakralitas alam merupakan konsekuensi dari pergeseran pandangan terhadap wujud dan pengetahuan. Pengabaian metafisika dan pengurangan dimensi spiritual dalam ilmu pengetahuan modern telah menciptakan dunia yang tidak seimbang, kehilangan arah kosmis, dan jauh dari kesadaran akan hubungan yang mendalam antara manusia, alam, dan Tuhan.
Dengan kondisi demikian, tidak berlebihan jika dunia saat ini harus menoleh kembali pada warisan kekayaan peradaban timur yakni spiritualitas. Serta dijadikan sebagai pedoman dalam berkehidupan. Mengapa? sebab peradaban barat yang sekian abad lamanya bertahan dengan fondasi keilmuan modern---hanya rasionalisme dan empirisisme, hanya mendatangkan kerusakan. Masa depan umat manusia tidak secerah prediksi filosof-filosof pencerahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H