Mohon tunggu...
Ramdan fauzi
Ramdan fauzi Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Jangan bandingkan kisah hidup dengan jutaan kata, bagiku satu bisikan itu jauh lebih menarik simpati hidup ini adalah anomali

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Paling Bisa dari Secukupnya

20 Desember 2021   21:25 Diperbarui: 20 Desember 2021   22:55 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu tinggalah kau sendiri. Ia bilang mengalir saja 

Sebagai dawai-dawai yang bertumbuh dan bergeming yang seandainya bisa petik. Tetapi hanya bisa di biarkan bergeming menari ria dalam tubuh manusia.

Kau binatang jalang yang tak bisa di lawan di sisa rindu. di kering di ambang pilu 

Di sesak dada di kering luka di ambang pilu. 

Kau dari segala cerita ini adalah igauwan yang tak henti-hentinya minta  diberi obat penenang

Sampai aku patah kaki sementara kau pura-pura mati 

Kepalaku puisi yang tidak pernah mampu membaca tanda baca di matamu 

Tanda titik ataukah tanda jeda yang berkepanjangan 

Tak pernah ada rumah 

Peta tak mengenal alamatmu 

Berkelok atau terlalu banyak persimpangan 

Jadii. Bagaimana? 

Kau yang cuma singgah atau 

Aku yang terlampau sungguh..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun