Lalu tinggalah kau sendiri. Ia bilang mengalir sajaÂ
Sebagai dawai-dawai yang bertumbuh dan bergeming yang seandainya bisa petik. Tetapi hanya bisa di biarkan bergeming menari ria dalam tubuh manusia.
Kau binatang jalang yang tak bisa di lawan di sisa rindu. di kering di ambang piluÂ
Di sesak dada di kering luka di ambang pilu.Â
Kau dari segala cerita ini adalah igauwan yang tak henti-hentinya minta  diberi obat penenang
Sampai aku patah kaki sementara kau pura-pura matiÂ
Kepalaku puisi yang tidak pernah mampu membaca tanda baca di matamuÂ
Tanda titik ataukah tanda jeda yang berkepanjanganÂ
Tak pernah ada rumahÂ
Peta tak mengenal alamatmuÂ
Berkelok atau terlalu banyak persimpanganÂ
Jadii. Bagaimana?Â
Kau yang cuma singgah atauÂ
Aku yang terlampau sungguh..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H