Mohon tunggu...
Ramdan Hamdani
Ramdan Hamdani Mohon Tunggu... Guru, Penulis -

Nama Lengkap : Ramdan Hamdani, S.Pd\r\nPekerjaan : Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Masalah Sosial,\r\nBlog : www.lenteraguru.com\r\nNo Kontak : 085220551655

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sulitnya Melupakan "Mantan"

27 Agustus 2018   08:06 Diperbarui: 27 Agustus 2018   08:27 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Namun, sesulit -- sulitnya hidup pada zaman itu, kebutuhan pokok sehari - hari tetap dapat dipenuhi oleh sang ayah tanpa harus berurusan dengan pihak bank, terlebih bank keliling yang dikenal dengan bunga yang sangat tinggi.

Adapun harga barang kebutuhan pokok yang relatif terjangkau pada zaman itu merupakan salah satu alasan tersendiri yang mengakibatkan (sebagian) masyarakat saat ini ingin "kembali" ke masa lalu yang oleh sebagian kalangan justru dianggap sebagai masa kelam tersebut. 

Semangat untuk senantiasa menabung untuk masa depan pun senantiasa digelorakan di bangku -- bangku sekolah dengan slogan "Rajin Pangkal Pandai, Hemat Pangkal Kaya". Penulis yang saat itu mendapatkan bekal sekolah tidak terlalu besar pun nyatanya masih bisa menyisihkan uang jajan untuk menabung di sekolah.

Selain harga yang relatif terjangkau, ketersediaan bahan kebutuhan pokok sesuai kebutuhan pun menjadi keberhasilan pemerintahan saat itu dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya. Antrian panjang ibu -- ibu rumah tangga hanya sekedar untuk mendapatkan barang kebutuhan pokok maupun bahan bakar untuk kompor mereka merupakan pemandangan yang hampir tidak pernah penulis temukan pada zaman itu. 

Begitu pun dengan layanan kesehatan dan pendidikan, hanya berbekal Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari aparat setempat, penulis beserta keluarga dapat tetap mengenyam pendidikan dan mendapatkan layanan kesehatan dari puskesmas dan rumah sakit terdekat sebagaimana mestinya.

Prestasi lain yang patut dibanggakan pada zaman Pak Harto adalah kualitas tayangan media, khususnya media elektronik. Pada zaman itu hampir tidak pernah ditemukan tayangan televisi yang berpotensi merusak moral generasi muda seperti saat ini. Penulis tidak pernah menyaksikan tayangan sinetron dengan para pemain yang dengan sengaja memperlihatkan auratnya.

Tayangan yang disuguhkan pada saat itu justru mendukung tumbuhnya kecintaan masyarakat terhadap budayanya. Penulis masih mengingat betul betapa menghiburnya acara mingguan "Inohong di Bojong Rangkong" serta acara pementasan wayang dengan dalang yang sangat tersohor. Selain itu tayangan -- tayangan yang mendukung terciptanya iklim belajar di kalangan pelajar pun benar -- benar dipertahankan.

Dari beberapa hal yang penulis gambarkan di atas, mungkin ada beberapa pihak yang tidak sependapat. Sebagian pihak mungkin ada yang memandang Orde Baru sebagai masa kelam dimana kebebasan berpendapat hampir tidak pernah ditemukan di bumi nusantara. Namun, bagi penulis pribadi, setiap pemerintahan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing -- masing. 

Dalam konteks inilah kita perlu banyak belajar dari para pemimpin terdahulu agar kesalahan yang sama tidak terulang. Adapun hal -- hal baik yang telah dicontohkan oleh mereka sudah selayaknya dipertahankan. Sikap selalu menyalahkan (para) pemimpin terdahulu tanpa disertai dengan kemampuan untuk memberikan yang lebih baik bagi masyarakat saat ini bukanlah sikap seorang negarawan.

Berkaitan dengan persoalan kepemimpinan di negeri ini, kita juga tidak berhak melarang masyarakat saat ini untuk membanding-bandingkan gaya kepemimpinan kepala negara saat ini dengan kepala -- kepala negara sebelumnya. Setiap orang tentunya memiliki pengalaman yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini dikarenakan demokrasi yang kita jalankan saat ini belum mampu mengangkat harkat dan martabat rakyat sebagaimana mestinya. 

Sebaliknya, demokrasi justru (terkesan) dibajak oleh para pemodal sehingga "anak kandung" demokrasi pun tak jarang diwarnai oleh para koruptor, pelaku tindak asusila, bandar narkoba serta penjahat --penjahat kelas kakap lainnya. Reformasi yang dahulu diharapkan mampu membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik pun nampaknya belum mampu memberikan "buah manis" sebagaimana yang diharapkan. (Dimuat di Koran Pasundan Ekspres Edisi 27 Agustus 2018)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun