Ekonomi Fasis : Negara Korporasi
Negara korporatis menerapkan prinsip fasis dalam menata dan mengawasi perekonomian. Fasis dibagi atas asosiasi modal dan tenaga kerja yang diawasi oleh Negara, dan setiap asosiasi mendapat monopoli dalam usaha dan kegiatannya karena Negara yang berpartai tunggal ini merupakan penengah atau perujuk dari konflik antara modal dan tenaga kerja.
Dua asumsi yang mejadi landasan filosof Negara korporatis pertama warganegara (kecuali sekelompok elit penguasa) tidak boleh terlibat dalam kegiatan politik, tetapi hanya menjalankan fungsi sebagai buruh, pengusaha, petani, dokter atau pengacara. Masalah politik yang bersifat umum dianggap rumit bagi masyarakat biasa. Kedua para elit penguasa dianggap memahami masalah penting yang mempengaruhi seluruh anggota masyrakat karena itu hanya mereka yang memenuhi syarat untuk memegang pemerintahan.
Dari aspek politik fasisme mewujudkan Negara yang menganut system partai tunggal yang di lengkapi dnegan dinas polisi rahasia dank amp konsentrasi, sedangkan dari segi ekonomi  dan sosial fasisme menerapkan korporatisme. Tujuan Negara korporatis adalah menjamin kekuasaan Negara dan bukan kesejahteraan individu. Lebih khusus lagi tujuan akhir organisasi perekonomian korporatis adalah persiapan menuju perekonomian perang permanen karena imperialism yang agresif merupakan tujuan akhir politik luar negeri fasisme.
Penutup
Fasisme adalah antithesis dari demokrasi. Berpendirian bahwa keyakinan harus di ukur menurut kualitas bukan kuantitas, fasis menolak bahwa jumlah banyak bisa menjadi factor menentukan masyrakat, fasis menyatakan perbedaan tajam yang tidak bisa diatasi, terjadi dimana -- mana. Prinsip dasar fasisme adalah totaliterisme yang menolak eksistensi setiap hukum moral objektif, karena fasis berangapan bahwa satu -- satu kebaikan absolute adalah keberhasilan Negara, sedangkan kebajikan moral hanya hanya menjadi cara efektif untuk memaksa orang untuk mengabdi pada tujuan individu.
Fasis dan komunis adalah dua ideology yang merupakan hasil dari pertentanganya dengan liberalism barat, akan tetapi perbedaan komunisem dan liberalism terlentak dari bagai mana memberlakukan martabat manusia, komunis walaupun merehmekan nilai manusia individual, namun masih mempunyi cita -- cita humanis, dalam arti bahwa berkerja bagi kebahgiaan seluruh umat manusia, serta pertama -- tama mereka yang tertindas dan korban dari eksploitasi. Berbda dengan fasis tidak mempunyai cita -- cita humanis apa pun. Fasisme tidak mau membahagiakan siapapun melaiankan mau memenangkan bangsa dan rasnya yang dianggap unggul. Mereka yang dianggap rndah atau lemah, termaksud orang yang difabel tidak diberi tempat sepenuhnya malah di musnakan.
Meskipun fasisme telah mati, namun ia sepunuhnya tidak musnah fasisme hitler dan musollini mungkin hanya merupakan fenomena sekejap dalam sejarah, tetapi dalam bentuk yang tidak begitu keras dan lebih samar ia tetap menjadi bahaya laten dalam kehidupan masa kini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H