Analisis 3 Model Komunikasi: Lasswell, Martin Buber, dan Catur Murti
Dalam dunia komunikasi, terdapat berbagai model yang membantu kita memahami bagaimana pesan disampaikan, diterima, dan dipahami. Di antara model yang terkenal adalah Model Komunikasi Lasswell, Model Komunikasi Martin Buber, dan Model Komunikasi Catur Murti. Ketiga model ini memiliki pendekatan yang berbeda dalam menggambarkan proses komunikasi, yang dapat dipelajari melalui elemen-elemen kunci seperti What (Apa itu?), Why (Mengapa?), dan How (Bagaimana cara kerjanya?). Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi setiap model untuk memahami karakteristik, relevansi, dan cara kerjanya secara mendalam.
 1. Model Komunikasi Lasswell
What: Apa itu Model Komunikasi Lasswell?
Model komunikasi Lasswell adalah salah satu model komunikasi yang paling dasar dan terkenal. Model ini dikembangkan oleh Harold Lasswell, seorang ilmuwan politik asal Amerika Serikat, pada tahun 1948. Model ini memberikan kerangka yang sistematis untuk menganalisis proses komunikasi. Lasswell's Communication Model dikenal dengan formula sederhana namun efektif: Who says What in Which Channel to Whom with What Effect? (Siapa mengatakan apa melalui media apa kepada siapa dengan efek apa?).
Model ini terbagi menjadi lima elemen:
1. Who (Siapa): Komunikator atau sumber pesan.
2. Says What (Apa yang dikatakan): Isi atau pesan yang disampaikan.
3. In Which Channel (Melalui media apa): Saluran atau medium yang digunakan untuk menyampaikan pesan.
4. To Whom (Kepada siapa): Penerima atau audiens yang dituju oleh pesan.
5. With What Effect (Dengan efek apa): Efek atau dampak yang dihasilkan oleh pesan pada penerima.
 Why: Mengapa Model Ini Penting?
Model komunikasi Lasswell penting karena menawarkan struktur yang jelas untuk memahami bagaimana pesan diproses. Model ini banyak digunakan dalam berbagai konteks, terutama dalam studi komunikasi massa, politik, dan periklanan. Dengan menggunakan lima elemen dasar ini, model Lasswell membantu kita menganalisis dan mengukur efektivitas komunikasi dalam berbagai situasi.
Misalnya, dalam konteks politik, model ini dapat digunakan untuk memahami bagaimana pesan kampanye politik disampaikan melalui media tertentu (televisi, internet, radio) dan bagaimana pesan tersebut memengaruhi audiens, seperti para pemilih. Di sisi lain, dalam dunia periklanan, model ini membantu mengukur seberapa baik iklan disampaikan kepada audiens target dan efeknya terhadap perilaku konsumen.
 How: Bagaimana Cara Kerjanya?
Dalam model Lasswell, setiap elemen memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan secara efektif:
1. Who (Siapa): Komunikator, orang atau entitas yang menyampaikan pesan, bisa seorang individu, organisasi, atau media.
2. Says What (Apa yang dikatakan): Pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator.
3. In Which Channel (Melalui media apa): Saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Ini bisa berupa media cetak, televisi, internet, atau bahkan percakapan tatap muka.
4. To Whom (Kepada siapa): Penerima pesan, baik individu maupun kelompok.
5. With What Effect (Dengan efek apa): Hasil akhir dari komunikasi, yang dapat berupa perubahan perilaku, pemikiran, atau sikap.
Contoh praktisnya dapat dilihat pada kampanye iklan komersial. Sebuah perusahaan (komunikator) mungkin ingin mempromosikan produk baru (pesan) melalui iklan televisi (saluran) kepada konsumen (penerima) dengan harapan meningkatkan penjualan (efek). Dengan memahami elemen-elemen ini, kita dapat menganalisis apakah kampanye tersebut efektif atau tidak.
 2. Model Komunikasi Martin Buber
What: Apa itu Model Komunikasi Martin Buber?
Martin Buber, seorang filsuf dan teolog Yahudi, mengembangkan model komunikasi yang berfokus pada relasi antar manusia. Buber memperkenalkan konsep I-It, I-You, dan I-Thou, yang menggambarkan cara kita berinteraksi dengan orang lain. Dalam model ini, Buber membedakan tiga jenis hubungan komunikasi:
1. I-It: Hubungan yang objektif dan fungsional, di mana kita melihat orang lain sebagai "alat" atau objek untuk mencapai tujuan kita.
2. I-You: Hubungan yang lebih personal dan manusiawi, di mana kita melihat orang lain sebagai individu, namun hubungan ini masih dalam batas-batas formal.
3. I-Thou: Hubungan yang paling mendalam dan intim, di mana dua individu benar-benar terlibat dalam hubungan timbal balik dengan rasa empati dan pengertian yang mendalam.
Why: Mengapa Model Ini Penting?
Model ini penting karena mengingatkan kita bahwa komunikasi tidak hanya tentang pertukaran pesan, tetapi juga tentang cara kita memandang dan memperlakukan orang lain. Dalam konteks komunikasi modern, terutama di dunia yang serba cepat dan digital, sering kali kita terjebak dalam hubungan "I-It", di mana komunikasi menjadi mekanis dan transaksional. Buber menekankan pentingnya hubungan "I-Thou", di mana dua pihak benar-benar hadir secara penuh dan saling menghormati sebagai manusia.
Model ini relevan dalam berbagai konteks, mulai dari hubungan interpersonal sehari-hari hingga komunikasi profesional di tempat kerja. Dalam hubungan profesional, misalnya, seorang manajer yang hanya melihat karyawan sebagai alat untuk mencapai target (I-It) mungkin tidak akan menciptakan hubungan kerja yang sehat dan produktif. Sebaliknya, seorang pemimpin yang menghargai karyawannya sebagai individu (I-Thou) akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih kolaboratif dan empatik.
How: Bagaimana Cara Kerjanya?
Dalam penerapan praktis, komunikasi I-It sering terjadi ketika kita melihat orang lain semata-mata sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, dalam situasi penjualan, pelanggan diperlakukan sebagai "sasaran" untuk penjualan produk, tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan mereka.
Sementara itu, I-You terjadi ketika komunikasi terjadi dengan lebih banyak kedekatan, tetapi belum mencapai kedalaman emosional. Contohnya, hubungan antara rekan kerja yang saling menghormati, tetapi belum sampai pada tingkat hubungan yang sangat personal.
Hubungan I-Thou, yang paling ideal, terjadi ketika kita benar-benar hadir dalam komunikasi dan menghargai orang lain sebagai individu yang utuh. Contoh paling umum dari komunikasi I-Thou adalah hubungan dekat seperti antara sahabat atau keluarga, di mana ada kepercayaan, saling pengertian, dan empati yang mendalam.
 3. Model Komunikasi Catur Murti
What: Apa itu Model Komunikasi Catur Murti?
Model Catur Murti adalah konsep komunikasi yang dikembangkan oleh Raden Mas Panji Sosrokartono, seorang intelektual Indonesia dari abad ke-20. Dalam model ini, komunikasi dianggap sebagai sebuah proses yang harus didasarkan pada kebenaran dan keselarasan antara empat elemen penting: Pikiran benar, Perasaan benar, Perkataan benar, dan Perbuatan benar. Keempat elemen ini harus bersatu untuk menciptakan komunikasi yang jujur, efektif, dan etis.
 Why: Mengapa Model Ini Penting?
Model Catur Murti menekankan bahwa komunikasi yang baik tidak hanya didasarkan pada apa yang dikatakan, tetapi juga pada niat dan tindakan yang mendasarinya. Dalam dunia yang penuh dengan informasi yang tidak selalu benar atau akurat, model ini mengajarkan bahwa kejujuran dan keselarasan antara pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan adalah kunci untuk menciptakan komunikasi yang bermakna.
Dalam konteks sosial dan politik, model ini relevan karena menekankan pentingnya integritas dalam komunikasi. Seringkali, orang berkata satu hal tetapi berpikir atau bertindak berbeda, yang dapat menyebabkan ketidakpercayaan dan disinformasi. Dengan menjaga keseimbangan antara keempat elemen tersebut, komunikasi menjadi lebih transparan dan dapat dipercaya.
 How: Bagaimana Cara Kerjanya?
Agar komunikasi sesuai dengan model Catur Murti, seorang komunikator harus memastikan bahwa semua elemen berikut saling selaras:
1. Pikiran benar: Komunikator harus memiliki niat yang jujur dan tulus dalam berkomunikasi.
2. Perasaan benar: Komunikator harus merasakan apa yang dikatakannya, dengan empati dan kesadaran emosional.
3. Perkataan benar: Kata-kata yang diucapkan harus sesuai dengan fakta dan tidak menyesatkan.
4. Perbuatan benar: Tindakan nyata harus konsisten dengan apa yang dikatakan dan dipikirkan.
Sebagai contoh, seorang pemimpin yang berpidato tentang keadilan sosial harus memiliki niat yang tulus untuk memperjuangkan keadilan, berbicara dengan empati, dan tindakannya harus mencerminkan komitmen terhadap keadilan.
Kesimpulan
Ketiga model komunikasi ini menawarkan pendekatan yang berbeda dalam memahami dan menganalisis proses komunikasi. Model Lasswell memberikan kerangka yang terstruktur untuk menganalisis komunikasi dalam konteks pesan massa dan efeknya. Model Martin Buber menekankan pentingnya hubungan antarindividu dalam komunikasi, terutama dalam konteks hubungan personal. Model Catur Murti memberikan perspektif moral dan spiritual dalam komunikasi, dengan menekankan kejujuran dan keselarasan antara pikiran, perasaan, perkataan, dan tindakan.
Dalam dunia yang semakin kompleks dan terhubung, pemahaman tentang ketiga model ini dapat membantu kita berkomunikasi dengan lebih efektif, empatik, dan bermakna, baik dalam konteks profesional maupun personal.
Daftar Pustaka:
- Lasswell, Harold. (1948). The Structure and Function of Communication in Society.
- Buber, Martin. (1923). I and Thou.
- Sosrokartono, Raden Mas Panji. (1877--1952). Model Komunikasi Catur Murti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H