Mohon tunggu...
43223110060 Rama Raydinata
43223110060 Rama Raydinata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sarjana 1 Akuntansi - NIM 43223110060 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercubuana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Praktik Stoicisme, Membedakan Antara Fortuna vs Virtue Untuk Menjadi Sarjana Unggul dan Profesional

21 September 2024   10:35 Diperbarui: 21 September 2024   10:38 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh nyata dari pengaruh Fortuna adalah situasi ketika seorang lulusan baru yang penuh harapan menemukan bahwa industri yang ia tekuni sedang mengalami penurunan atau krisis ekonomi. Meskipun dia mungkin telah bekerja keras selama bertahun-tahun untuk mempersiapkan diri, kondisi eksternal yang tidak dapat dikendalikan dapat menghambat jalannya menuju kesuksesan profesional. Di sinilah Stoicisme menawarkan kebijaksanaan praktis: alih-alih terobsesi dengan hal-hal yang tidak bisa dikendalikan, mahasiswa diajak untuk fokus pada apa yang dapat mereka lakukan. Dalam kasus ini, mereka bisa mengembangkan keterampilan baru, beradaptasi dengan perubahan pasar, atau mencari peluang alternatif.

Menghadapi Fortuna dengan Perspektif Stoik (HOW)

Salah satu praktik Stoik yang terkenal dalam menghadapi ketidakpastian adalah teknik pre-meditatio malorum, yang berarti memikirkan terlebih dahulu kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Dalam konteks pendidikan dan karier, ini bisa diterapkan dengan membayangkan skenario terburuk yang mungkin terjadi dan bagaimana kita dapat mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Sebagai contoh, mahasiswa dapat memikirkan kemungkinan gagal dalam ujian atau tidak mendapatkan pekerjaan impian mereka setelah lulus. Dengan membayangkan hal-hal tersebut, mereka dapat mempersiapkan mental mereka dan merencanakan langkah-langkah cadangan, seperti mencari pekerjaan lain atau melanjutkan pendidikan lebih lanjut. Tujuan dari latihan ini bukan untuk menjadi pesimis, tetapi untuk mengurangi kejutan dan kekecewaan jika hal-hal buruk terjadi. Dengan demikian, mahasiswa dapat tetap tenang dan rasional dalam menghadapi ketidakpastian.

Dalam Stoicisme, sukses tidak diukur dari prestasi eksternal seperti status sosial, kekayaan, atau ketenaran. Sebaliknya, sukses sejati adalah pencapaian dalam pengembangan diri melalui Virtue. Dalam dunia akademik dan profesional, ini bisa berarti memiliki etika kerja yang baik, komitmen untuk terus belajar, integritas dalam menjalani tugas, serta kemampuan untuk tetap tenang dan rasional di bawah tekanan.

Virtue tidak hanya membantu mahasiswa dalam mencapai tujuan jangka pendek, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang tangguh dan adaptif dalam jangka panjang. Ketika mahasiswa fokus pada pengembangan Virtue, mereka tidak lagi tergantung pada hasil yang tidak dapat diprediksi atau dikendalikan, tetapi pada proses dan usaha yang dapat mereka lakukan. Ini memberi mereka rasa percaya diri dan kestabilan emosional yang lebih kuat.

 Cara Mempraktikkan Stoicisme dalam Kehidupan Sehari-hari

Setelah memahami pentingnya membedakan Fortuna dan Virtue, langkah selanjutnya adalah bagaimana menerapkannya. Berikut beberapa cara praktis untuk mengintegrasikan prinsip Stoicisme dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai mahasiswa maupun profesional:

1. Latih Kendali Diri: Salah satu komponen utama Virtue dalam Stoicisme adalah kemampuan mengendalikan diri. Bagi mahasiswa, ini bisa berarti mengelola waktu dengan baik, fokus pada tugas yang penting, dan tidak terganggu oleh hal-hal yang tidak produktif. Dalam dunia profesional, kendali diri berarti tetap tenang dalam menghadapi tekanan, menjaga profesionalisme, dan tidak mudah terprovokasi oleh situasi yang menegangkan.

2. Fokus pada Proses, Bukan Hasil: Stoicisme mengajarkan bahwa kita tidak bisa mengendalikan hasil akhir, tapi kita bisa mengendalikan usaha kita. Mahasiswa yang mempraktikkan Stoicisme tidak akan terobsesi dengan nilai atau pujian, melainkan lebih fokus pada proses belajar dan pengembangan diri. Dalam karier, profesional yang bijak akan lebih menghargai dedikasi dan integritas dalam bekerja dibandingkan sekadar mengejar pujian atau promosi.

3. Terima Ketidakpastian dengan Bijak: Dunia penuh dengan hal-hal yang tidak pasti. Dalam Stoicisme, kita diajarkan untuk menerima ketidakpastian dengan hati yang tenang. Mahasiswa mungkin menghadapi perubahan dalam studi atau kesempatan karier, sementara profesional mungkin menghadapi perubahan di lingkungan kerja atau industri. Dengan Stoicisme, ketidakpastian ini bisa dilihat sebagai peluang untuk berkembang, bukan ancaman.

4. Refleksi Harian: Salah satu praktik penting dalam Stoicisme adalah merenungkan setiap hari tindakan dan keputusan kita. Apakah kita sudah bertindak dengan Virtue? Apakah kita terlalu terpengaruh oleh Fortuna? Refleksi ini membantu kita untuk terus memperbaiki diri dan menjaga konsistensi dalam mengembangkan kebajikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun