Mohon tunggu...
Rama Guna Wibawa
Rama Guna Wibawa Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis terus sampe lupa caranya berhenti, kecuali adzan, makan dan Bucin

Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Isalam Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Baca 4 Hal Ini agar Menjadi Panutan Bagi Orang Lain ala John C. Maxwell

12 Desember 2021   11:06 Diperbarui: 21 Desember 2021   14:46 1467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat berada diruangan tengah rumah, Diiringi musik instrumen yang mengalun-ngalun ke setiap sudut ruangan, hati terasa lebih tenang, damai dan nyaman di tengah kesibukan yang saya jalani akhir-akhir ini.

Dengan memegang pena ditangan kanan, ku goreskan kata demi kata, sehingga membentuk sebuah kalimat dan bersatu menjadi suatu paragraf di atas kertas ini, tentang ulasan buku karangan John C Maxwell yang berjudul 21 kualitas kepemimpinan sejati.

Pada bab awal yang membahas persoalan karakter : jadilah bagian dari batu karang. Maxwell membahas secara rinci akan penting nya sebuah karakter didalam diri seorang pemimpin. 

 Menurut Alexander Solzhenitsyn, pemenang hadiah Nobel menyampaikan makna hidup bukanlah meraih kemakmuran,seperti yang kita pikir, melainkan pengembangan jiwa (Halaman 13). 

Pengembangan karakter adalah inti perkembangan kita bukan hanya seorang pemimpin, melainkan juga sebagai manusia. Maxwell mengajak kepada pembaca untuk mengetahui hal apa saja yang harus diketahui tentang suatu karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

1. Karakter adalah lebih dari sekedar perkataan
Karakter seorang pemimpin tidak hanya dikatakan bahwa ia jujur, amanah, bertanggung jawab, memegang teguh janji, berintegritas dan lain sebagainya. 

Namun perilaku dan tindakannya Tidak selaras dengan apa yang ia ucapkan. Perbuatannya lah yang mengindikasikan karakter yang sesungguhnya. 

Kita jangan mudah percaya terhadap seseorang yang akan mencalonkan dirinya menjadi seorang anggota dewan atau pemangku kebijakan. 

Bahwa kelak ketika ia menjadi seorang pemimpin ia akan amanah dalam memegang jabatannya, ia akan berlaku jujur dan adil dalam menghadapi suatu persoalan yang terjadi dimasyarakat, ia akan mensejahterakan rakyat dan lain-lain.

Namun perbuatan sehari-harinya pun tidak mencerminkan apa yang ia sampaikan sebelumnya. Maka tidak heran pemimpin-pemimpin seperti itulah yang dapat mengakibatkan rakyat semakin sengsara. 

Pemimpin tersebut lebih mementingkan keinginan dan kepuasan diri pribadinya saja. Sehingga melupakan kewajibannya mengurus dan memperhatikan rakyatnya yang jauh lebih penting.

Maxwell berpendapat karakter kita menentukan siapa kita sesungguhnya, siapa kita sesungguhnya menentukan apa yang kita lihat, apa yang kita lihat menentukan apa yang kita perbuat. Itulah sebabnya mengapa kita tidak pernah dapat memisahkan karakter seorang pemimpin dari semua perbuatannya (halaman 13).

2. Talenta adalah karunia, namun karakter adalah pilihan
Kita tidak dapat memilih ingin dilahirkan dari keluarga kaya atau miskin, ingin dilahirkan dan dibesarkan di Kota Bandung, Jakarta, ataupun Ciwastra. Kita tidak dapat mengendalikan itu semua. 

Namun kita dapat memilih karakter apa yang akan kita ciptakan untuk menjalani hidup diberbagai persoalan yang kita hadapi. Berada dijalan yang benar ataupun salah, adalah sikap yang akan kita pilih. Sikap yang kita pilih itulah karakter kita sesungguhnya. 

Begitupun senada dengan apa yang disampaikan Henry Manampiring seorang penulis Best Seller yang berjudul Filosofi Teras, bahwa didalam buku tersebut menjelaskan terkait dikotomi kendali. 

Ada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan ada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Henry menyarankan kepada kita semua untuk fokus pada hal -hal yang bisa kita kendalikan. Yakni mengenai karakter (yang sedang kita bahas kali ini). "Membuat pilihan-pilihan hari ini, anda terus menciptakan karakter anda" (halaman 14)

Buku 21 kualitas Kepemimpinan Sejati | Sumber: seka-joseph.com
Buku 21 kualitas Kepemimpinan Sejati | Sumber: seka-joseph.com

3. Karakter membawakan sukses yang langgeng dengan orang lain.

Tidak ada seorang pun yang mau dan ingin mengikuti seorang pemimpin yang memiliki karakter tidak baik. Karena akan membuatnya merasa di rugikan. 

Menurut hemat saya, seseorang akan bersedia mengikuti seorang pemimpin apabila ada feedback positif yang ia dapatkan. "apabila kita merasa bahwa diri kita adalah seorang pemimpin, namun tak ada seorang pun yang mengikuti kita, maka kita hanyalah jalan-jalan" (halaman 14).

4. Seorang pemimpin tak dapat melampaui keterbatasan karakternya.

Apabila kita berada dipuncak kesuksesan, namun memiliki penyakit lemah karakter pada diri kita, maka akan mengakibatkan gejala kecongkakan, perasaan sendiri yang menyakitkan, suka cari gara-gara atau perselingkuhan. 

Maka tidak heran gengs, seseorang yang sudah naik daun dan dirinya dimuat diberbagai media lokal, nasional bahkan Internasional. 

Namun seiring berjalannya waktu, orang tersebut terjerumus pada masalah yang menyebabkan namanya menjadi buruk. Saya berhipotesis bahwa orang tersebut termasuk penyakit lemahnya karakter. 

Seorang psikolog di Harvard Medical School serta penulis buku The Success Syndrome, berkata bahwa orang yang mencapai ketinggian namun tidak memiliki dasar karakter yang kuat untuk menunjangnya melalui stress pasti akan mengalami bencana.

Demikianlah empat hal yang disampaikan oleh John C Maxwell terkait karakter, beliau mengajak kita semua untuk kembali merenungkan bagaimana karakter kita selama ini yang terlah kita lakukan dan karakter apa yang kita harapkan dimasa yang akan datang. 

Membangun karakter yang baik tidak semudah apa yang kita kira, membutuhkan proses yang cukup panjang untuk memperbaiki karakter-karakter buruk yang telah dilalui. Keretakan-keretakan karakter yang tidak diatasi hanya akan menjadi semakin parah dan semakin menghancurkan seiring berjalannya waktu.

Pada halaman terakhir maxwell memberikan tips untuk memperbaiki karakter. 

Pertama, carilah keretakan-keretakan pada karakter kita. 

Kedua, perhatikan polanya, artinya kita cari tahu kelemahan-kelemahan dan sejenis masalah apa yang mengganggu pada kehidupan kita, lalu pola-pola tersebut ditelusuri akan membantu kita mendiagnosa masalah-masalah karakter. 

Ketiga, hadapilah kenyataan, awal dari memperbaiki, membangun, dan menciptakan karakter baik tentunya dimulai dari menghadapi kelemahan dan menghadapi ganjaran dari semua perbuatan kita selama ini. 

Keempat, bangunlah kembali, menghadapi perbuatan-perbuatan kita dimasa lalu adalah satu hal, membangun masa depan baru adalah hal lainnya lagi (Halaman 17).

"Kehormatan yang harus dimiliki seorang pemimpin menuntut etika yang benar-benar sempurna. Seorang pemimpin bukan saja harus mengetahui yang benar dan yang salah melainkan juga harus menghindari wilayah kelabu (tidak jelas) " - G. Alan Bernard, Presiden Mid Park, Incq.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun