Tahukah pembaca, ada 3 perkara yang tidak akan putus walaupun telah wafat? Menurut Rasulullah SAW, "Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak shalih yang selalu didoakan orang tuanya." (HR. Muslim)
Ilmu yang bermanfaat, selagi ilmu yang anda ajarkan diamalkan oleh penerima, maka anda akan mendapat pahala atas ilmu tersebut.
Apalagi bila ilmu itu oleh si penerima tadi diajarkan kembali kepada orang lain, lalu orang lain tadi mengajarkan kepada orang lain pula dst dst maka dapatkah anda bayangkan pahala yang menanti?
Begitu pula anak shalih, doa dan kelakuan baiknya akan selalu memberi pahala kepada orang tuanya. Bila, ingat ya.. bila orang tuanya mengajarkan kebajikan kepada anaknya.
Poin pertama yang akan kita bahas tuntas. Di redaksi hadist tadi tertulis "shadaqah jariyah". Apa maksudnya?
Baca juga: RSKO Jakarta Adakan Donor Darah, Tanggap Stok Darah DKI Menipis
Menurut Imam Nawawi dalam Syarakh (penjelas-pen) HR Muslim: bahwa shadaqah jariyah itu adalah waqaf.
Ditambahkan pula oleh Syaikh Shalih Al-Munajjid, bahwa Shadaqah jariyah adalah:Â
shadaqah yang pahalanya terus mengalir setelah kematian seseorang (si pemberi shadaqah, Ini karena manfaat yang berketerusan-pen)
Adapun shadaqah yang pahalanya tidak terus mengalir, seperti memberi makan kepada orang fakir, Â memberi makan kepada orang yang berpuasa, dan menjamin kebutuhan anak yatim, maka ini bukanlah shadaqah jariyah, tapi shadaqah saja.
Baru disebut shadaqah jariyah bila seseorang ikut berkontribusi dalam membangun rumah atau asrama untuk anak yatim. Seseorang akan terus mendapat pahala selama bangunan tersebut dipakai.
Contoh lain dari shaqaah jariyah adalah membangun masjid, menanam pohon, menggali sumur, mencetak mushaf dan membagikannya, menyebarkan ilmu yang bermanfat dengan mencetak buku dan menyebarkannya.
Kembali pada pembahasan judul. Mengapa penulis mempunyai pandangan yang mungkin sedikit berbeda dengan penjelasan Syaikh Shalih?
Menurut Syaikh Shalih, contoh shadaqah biasa (yang pahalanya tidak terus mengalir) adalah memberi makan anak yatim. Bila menggunakan analogi tersebut, maka mendonorkan darah kepada yang membutuhkan termasuk kategori itu.
Penulis akan coba berikan kepada pembaca alasan yang masuk akal. Penulis ketika mendengar ada anak umur 5 tahun yang menderita thalasemia, maka hati ini seketika tergerak. Sempat terpikir betapa anak sekecil itu namun sudah menderita seumur hidupnya.
Mengapa bisa terjadi? Karena menurut penuturan ayah penderita, penyakit anaknya tidak ada obatnya. Yang dapat dilakukan adalah, anaknya mesti menerima donor tiap 1 kali /bulan. Kadang 1 kantong, kadang butuh 2 kantong.
Baca juga: Yuk Daftar, RSKO Jakarta Menyelenggarakan Donor Darah
Menurut: https://www.alodokter.com/thalassemia, dan https://www.google.com/amp/s/journal.sociolla.com/lifestyle/penyakit-thalasemia/amp/ -"penderita thalasemia akan selalu membutuhkan transfusi darah. Ini terjadi akibat kadar homoglobin (Hb) nya akan selalu turun. Bila turun dan lambat diantisipasi dapat menyebabkan tubuh penderita lemah, pingsan, berat badan turun dastris dan sesak nafas".
Untuk itu masuk akal bukan ketika penulis menganggap memberikan darah kepada mereka berarti kita membantu sekaligus mendapatkan pahala yang besar?
Bila anda mendonorkan darah kepada orang yang sangat membutuhkan semisal kecelakaan parah atau terkhusus thalasemia yang tadi penulis uraikan maka dengan darah itu mereka dapat kembali beraktifitas normal.
Dengan aktifitasnya, pasti dari mereka akan banyak melakukan hal-hal positif dan kebajikan. Anda turut berpartisipasi atas kebajikan yang mereka kerjakan di kemudian hari.
Inilah pemaparan sederhana dari penulis. Tidak bermaksud riya (pamer-pen) apalagi mengungkit kebaikan yang tidak seberapa ini. Penulis yang baru 3 kali dalam seumur hidup, mungkin belum seberapa dibandingkan pendonor2 rutin di lembaga2 pemerintah ataupun swasta.
Tujuan artikel ini agar kita tergerak berbuat ibadah dengan membantu manusia lain yang sangat membutuhkan. Jangan lupa ibadah itu ada 2. Ibadah vertikal, kepada Sang Khaliq seperti Shalat, Haji, Puasa dsb. Ada juga ibadah horizontal, infaq, wakaf, shadaqah, berbuat baik kepada manusia.
Tidak akan masuk surga bila manusia hanya mementingkan salah satu dari ibadah tersebut. Misalnya ada orang yang rajin Shalat dan puasa, tapi pelit dan kurang peka terhadap nasib manusia lain. Begitupun sebaliknya.
Artikel ini terinspirasi atas puluhan penderita thalasemia di Provinsi Bengkulu. Beberapa dari mereka terkadang sangat berjuang keras agar mendapatkan sekantong darah demi kehidupan orang tercintanya.
Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Rumah Sakit M Yunus (RSMY) kadang (atau sering) kehabisan stok darah disaat diperlukan tindakan beberapa pasien yang perlu transfusi darah.
Baca juga: Manfaat Donor Darah: Efek Samping, Keuntungan, dan Persyaratannya Dijelaskan di Sini
Perlu digalakkan kampanye donor rutin agar ketersedian darah mencukupi. Selain itu artikel ini juga bertujuan memotivasi kita semua untuk saling berbagi informasi.
Bagi anda yang tinggal di Provinsi Bengkulu dan berniat shadaqah jariyah dapat menghubungi orang tua penderita thalasemia, a.n Mas Tri: 085267618219.
Bulan depan mereka akan membutuhkan transfusi kembali. Yuk mari kita donor..
Jangan takut, donor darah itu sehat dan berpahala. Walaupun memang, jarum nya kalau bisa jangan terlalu besar -hi hi.
(R.Hady Syahputra Tambunan. Mas Tri adalah peserta program binaan penulis, SBSI. Mas Tri pada Selasa malam mencari darah 2 kantong. Penulis berhasil donor 1 kantong. Ternyata 1 kantong lagi mas Tri berhasil mendapatkannya, namun terpaksa Mas Tri memberi imbalan uang karena pendonor itu. Mas Tri tidak kenal ybs karena pendonor tadi dadakan saja dan didapatkan dari referensi orang lain, kebetulan pendonor tadi meminta imbalan).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H