Contoh lain dari shaqaah jariyah adalah membangun masjid, menanam pohon, menggali sumur, mencetak mushaf dan membagikannya, menyebarkan ilmu yang bermanfat dengan mencetak buku dan menyebarkannya.
Kembali pada pembahasan judul. Mengapa penulis mempunyai pandangan yang mungkin sedikit berbeda dengan penjelasan Syaikh Shalih?
Menurut Syaikh Shalih, contoh shadaqah biasa (yang pahalanya tidak terus mengalir) adalah memberi makan anak yatim. Bila menggunakan analogi tersebut, maka mendonorkan darah kepada yang membutuhkan termasuk kategori itu.
Penulis akan coba berikan kepada pembaca alasan yang masuk akal. Penulis ketika mendengar ada anak umur 5 tahun yang menderita thalasemia, maka hati ini seketika tergerak. Sempat terpikir betapa anak sekecil itu namun sudah menderita seumur hidupnya.
Mengapa bisa terjadi? Karena menurut penuturan ayah penderita, penyakit anaknya tidak ada obatnya. Yang dapat dilakukan adalah, anaknya mesti menerima donor tiap 1 kali /bulan. Kadang 1 kantong, kadang butuh 2 kantong.
Baca juga: Yuk Daftar, RSKO Jakarta Menyelenggarakan Donor Darah
Menurut: https://www.alodokter.com/thalassemia, dan https://www.google.com/amp/s/journal.sociolla.com/lifestyle/penyakit-thalasemia/amp/ -"penderita thalasemia akan selalu membutuhkan transfusi darah. Ini terjadi akibat kadar homoglobin (Hb) nya akan selalu turun. Bila turun dan lambat diantisipasi dapat menyebabkan tubuh penderita lemah, pingsan, berat badan turun dastris dan sesak nafas".
Untuk itu masuk akal bukan ketika penulis menganggap memberikan darah kepada mereka berarti kita membantu sekaligus mendapatkan pahala yang besar?
Bila anda mendonorkan darah kepada orang yang sangat membutuhkan semisal kecelakaan parah atau terkhusus thalasemia yang tadi penulis uraikan maka dengan darah itu mereka dapat kembali beraktifitas normal.
Dengan aktifitasnya, pasti dari mereka akan banyak melakukan hal-hal positif dan kebajikan. Anda turut berpartisipasi atas kebajikan yang mereka kerjakan di kemudian hari.
Inilah pemaparan sederhana dari penulis. Tidak bermaksud riya (pamer-pen) apalagi mengungkit kebaikan yang tidak seberapa ini. Penulis yang baru 3 kali dalam seumur hidup, mungkin belum seberapa dibandingkan pendonor2 rutin di lembaga2 pemerintah ataupun swasta.