Mohon tunggu...
R Hady Syahputra Tambunan
R Hady Syahputra Tambunan Mohon Tunggu... Sales - Karyawan Swasta

Pemerhati Politik Sosial Budaya. Pengikut Gerakan Akal Sehat. GOPAY/WA: 081271510000 Ex.relawan BaraJP / KAWAL PEMILU / JASMEV

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Yuk Cek Prestasi Anies Baswedan (2), Menguji Nalar Kompasianers

9 Juni 2019   08:55 Diperbarui: 9 Juni 2019   11:42 4260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tangkapan layar pada Kompasiana.com

Sesungguhnya bila anies kembali jadi pendukung Jokowi, kemungkinan cercaan dan umpatan akan hilang sendirinya. Sekarang anda paham kan?

Kesimpulannya, perilaku seperti ini dapat terjadi pada pihak manapun baik kelompok agama, sosial, politik dan budaya. Tinggal bagaimana kita menyikapi perbedaan itu agar tidak menjadi perpecahan.

------------------------

Proses demokrasi menciptakan beberapa pilihan partai dan calon yang berkontestasi dalam merebut hati publik.

Pilihan bagi setiap individu adalah hal wajar dan perlu dihargai. Sebagai makhluk individu, kita memiliki kecenderungan subjektif maupun objektif.

Dalam mendukung pilihan dan menginginkan agar calon yang didukungnya menang, pilihan 1 suku, 1 daerah, 1 keyakinan dan ideologi tidak dapat dinafikan. Ini terjadi di negara manapun dan bangsa manapun di dunia.

Penulis menilai itu kerap terjadi dan tidak masalah selama dalam memperjuangkan keyakinan dan aspirasi itu, tidak menabrak norma, etika, nilai kepatutan dan hukum.

Sebagai contoh misalnya, kaum santri lebih menghendaki calon dari kalangan kiai dan kaum sarungan. Ada juga kaum akademisi dan intelektual lebih tertarik calon yang mengunggulkan nilai dan gagasan, bahkan bisa jadi memilih calon yang 1 almamater sewaktu kuliah.

Contohnya ketika Jokowi yang lulusan UGM secara kebetulan atau tidak, memilih rektor dan akademisi dari UGM menjadi pembantunya di kabinet ihwal beliau sendiri berasal dari kampus tersebut.

Nilai kepercayaan karena pengalaman dan referensi pribadi alias subjektif dapat dibenarkan dan itu lumrah terjadi.

Yang perlu digarisbawahi adalah apakah kemampuan ybs memenuhi syarat untuk menduduki jabatan tersebut. Unsur subjektifitas tidak menghilangkan syarat lain yaitu objektifitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun