2. Relawan entri melakukan entri random, tidak pilah pilih untuk keuntungan pihak tertentu.
3. Eror entri dibawah 0,01%.
Maka apabila terpenuhi semua maka terwujudlah prediksi penulis. Caranya pun gampang.
Setiap provinsi, penulis salin perolehan masing2 calon. Lalu penulis pisahkan perkolom. Lalu  penulis ambil data TPS yang diinput/ TPS total se.indonesia lalu disalin lagi ke kertas.
Misal: 17,15% data kawal pemilu di Sulawesi Selatan. Contoh skor 01 adalah 348.000 dan 02 adalah 543.000 di 17,15% TPS yang sudah diinput. Ambil bilangan pengali: 100/17,15=5,82. Maka hasil akhirnya= 5,82 × 348.000 untuk 01 dan 5,82 × 543.000 untuk 02.
Bila ada yang 50% TPS sudah dientri dan masing2 dapat angka 100.000 dan 120.000, maka hasil perolehan kedua calon = 100/50=2. Jadi  100.000 × 2 dan 120.000×2. Itulah gambaran hasil baca data sementara lalu kita buat metode Quick Count dengan basis real count data.
Lalu totalkan 34 Provinsi + Luar Negri segera jumlahkan dan gunakan metode yang sama dengan contoh data sementara kawalpemilu.org per provinsi
Setelah tuntas semua Provinsi + LN akhirnya dapatlah data 01=83.715.000 (53,87%) dan 02=72.214.000 (46,12%).Â
Demikianlah kesimpulan penulis, data diatas adalah sekedar coba2 metode survey namun berbasis realcont, namun dapat dipastikan lebih akurat dari Quick Count yang hanya 1500 TPS dari 810.000 TPS.
Tapi kok Prabowo klaim menang 55, atau 60%? Penulis yakin beliau tidak berbohong, namun bisa jadi C1 yang beliau klaim realcount 30%an itu mungkin dari laporan saksi dari struktur Partai.
Sebagaimana kita ketahui Sumatra, DKI, Jabar, Banten adalah daerah PKS, Gerindra, PAN yang memperoleh suara lumayan besar. Ditambah pula kader partai yang ada setiap desa. Bagaimana dengan Jateng dan NTT juga Indonesia Timur? Belum tentu hadir saksi kader dari partai tersebut. Jadi mana mungkin Prabowo mendapat dengan cepat hasil pada daerah yang minim kehadiran saksi dari partai pendukung beliau. Itulah alasan logis menurut kacamata penulis.