Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mantan Guru • S1 Bahasa dan Sastra Indonesia • Bergiat di Kembara Rimba dan Salam Semesta • Warga Gg. Mangga Garis Lurus

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyala Api

2 Februari 2024   20:19 Diperbarui: 2 Februari 2024   20:30 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unsplash/Cullan Smith

Umur 32 tahun,

wajah memantulkan perjalanan,

Bibir tak berubah,

mata bersinar dalam waktu.

Rambut acak-acakan,

hidung bukan tanda usang.

Bersama istri, dan anak perempuan

yang suaranya lebih berisik

dari petasan.

Tak lagi beraksi sembrono.

Teman-teman berkata,

"Kamu berubah, tak seperti dulu."

Matahari terbenam di Jakarta,

pertemuan jutaan wajah.

Dunia berhutang padaku,

dalam puisi-puisi berlapis.

Di perpustakaan yang berantakan,

bijak di kursi dekat akuarium.

Delapan tahun dirundung hujan,

tapi kehangatan menyelinap.

32 tahun dengan empat buku,

puisi menari di halaman.

Jiwaku punya bayangan,

dalam api yang terus menyala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun