Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang termasuk pencetus aliran Qadariah:
Ma'bad al-Juhani (meninggal dunia tahun 80 H)
Dia meluncurkan pemikiran seputar masalah takdir sekitar tahun 64 H. Ia menggugatilmu Allah dan takdir-Nya. Ia mempromosikan pemikiran itu secara terang-terangan. Disamping orang-orang yang mengikutinya juga banyak, Namun bid'ahnya ini mendapat penentangan yang sangat keras dari kaum Salaf, termasuk para sahabat yang masih hidup ketika itu. Seperti Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma.
Ghailan Ad-Dimasyqi
Dialah yang mengibarkan pengaruh cukup besar seputar masalah-masalah takdir sekitar tahun 98 H.Dan juga dalam masalah ta'wil, ta'thil (mengingkari sebagian sifat-sifat Allah) dan masalah irja.Menurut Khairuddin al-Zarkali dalam Sirajuddin Zar, Ghailan adalah seorang penulis yang pada masa mudanya pernah menjadi pengikut Al-Haris Ibnu Sa'id yang dikenal sebagai pendusta.Â
Ia pernah taubat terhadap pengertian faham qadariyahnya dihadapan Umar Ibnu Abdul Aziz, namun setelah Umar wafat ia kembali lagi dengan mazhabnya.Sepeninggal Ma'bad, Ghailan Ibnu Muslim al-dimasyqy yang dikenal juga dengan Abu Marwan.
Ibnu Sauda' Abdullah bin Saba' Al-Yahudi
Dia adalah seorang Yahudi yang mengaku-ngaku beragama Islam 34 H. Dia memadukan antara faham Khawarij dan Syi'ah. Dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya.
Pemahaman tentang qadariah ini jangan dikacaukan dengan pemahaman tentang sifat al-qudrah yang dimiliki oleh Allah SWT. Karena pemhaman tentang sifat tuhan al -- qudrah lebih di tujukan kepada upaya ma'rifat kepada Allah SWT. Â paham Qadariyah lebih ditujukan kepada qudrat yang dimiliki oleh manusia. Namun terdapat perbedaan antara qudrat manusia dengan qudrat yang dimiliki oleh Tuhan.Â
Qudrat pada Tuhan bersifat abadi, kekal,berada pada zat Allah SWT, tunggal, tidak berbilang dan berhubungan dengan segala yang dijadikan objek kekuatan, serta tidak berakhir dalam hubungannya dalam zat.Â
Sedangkan qudrat manusia adalah bersifat sementara,berproses , bertamabah,berkurang bahkan bisa hilang.Dan sesungguhnya qadariah terpecah-pecah menjadi golongan yang banyak,tidak ada yang mengetahui kecuali allah,setiap golongan membuat madzhad (ajaran) tersendiri dan kemudian memisahkan diri dari golongan yang sebelumnya.