Mohon tunggu...
Rama Bhakti Dwiguna
Rama Bhakti Dwiguna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Hobi Membaca dan sangat menyukai Sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Wafatnya Abdullah Bin Abdul Mutholib dalam Kitab Madarij As-Shu'ud

25 Juni 2024   18:54 Diperbarui: 25 Juni 2024   19:07 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Kisah wafatnya Abdullah Bin Abdul Mutholib banyak dikisahkan didalam literatur Islam khususnya pada kajian kitab Tarikh atau kitab sejarah tak terkecuali kitab Madarij Al- Shu'ud 

Kitab Madarij Al- shu'ud merupakan syarah  dari kitab Maulid Al-Barzanji Karya dari  Sayyid Zainal 'Abidin Ja'far bin Hasan bin 'Abdul Karim al-Husaini asy-Syahzuri al-Barzanji atau mashur dikenal sebagai Syekh Ja'far Al -- Barzanji. Syekh Ja'far merupakan ulama asal kota Madinah, beliau juga seorang keturunan Nabi Muhammad SAW.

Kitab Maulid Al -- Barzanji merupakan salah satu kitab maulid yang mashur dan  sampai saat ini sering dibacakan terutama saat 12 Rabi'ul Awwal atau saat acara keagamaan seperti pada acara Aqiqah anak.

Seperti pada kitab maulid pada umunya , kitab maulid al barzaji ini mengisahkan kisah kehidupan Rosulullah Muhammad Saw mulai dari persiapan menyambut kelahiran Nabi Muhammad Saw sampai dengan wafatnya beliau.

Kitab Maulid Al-Barzanji ditulis dengan Bahasa sastra yang sangat tinggi, setiap kata demi kata dirangakai dengan  frasa yang sangat indah, hal tersebut membuat pembaca maulid Al-Barzanji ini semakin cinta kepada Rosulullah Muhammad Saw.

Kitab Maulid Al-Barzanji ini di syarahi oleh ulama asal Nusantara yang mendunia yaitu Syekh Nawawi Al-Bantani. Syekh Nawawi mensyarahi Kitab ini atas permintaan teman-temanya untuk membuatkan sebuah komentar atau syarah terhadap kitab Maulid Al-Barzanji.

Kisah wafatnya Abdullah Bin Abdul Mutholib terkisahkan dalam kitab madarij as-shu'ud pada halaman 12 cetakan Maktabah Hidayah Surabaya.

Pada Halaman tersebut diceritakan ketika kandungan Siti Aminah menginjak 2 bulan menurut pendapat yang mashur, ditinggalkan oleh suaminya yaitu Abdullah.

Berbagai macam pendapat usia Abdullah ketika wafat, ada yang berpendapat usia Abdullah 30 tahun, 28 tahun, 25 tahun dan 18 tahun.

Ketika Ayahanda Abdullah yaitu Abdul Mutholib memerintahkan kepada Abdullah untuk pergi ke daerah Madinah, pendapat yang lain ke Gaza Palestina untuk berniaga membeli berbagai macam buah-buahan seperti kurma dan anggur. Maka beranjaklah Abdullah bersama dengan orang-orang Quraisy untuk berdagang.

Ketika sepulang perjalanan dari berdagang kesehatan ayahanda Rosulullah inipun menurun, hal tersebut mengharuskan Abdullah untuk  singgah dan istirahat di keluarga Abdullah yaitu Bani addi dari suku najjariah. Abdullah menetap di Keluarga Bani Addi agar kondisi kesehatan Abdullah membaik, sementara rombongan para pedagang dari Quraisy pun kembali pulang ke Mekkah.

Setelah dirawat beberapa waktu di keluarga bani Addi kondisi kesehatan Abdullah pun tidak menunjukan tanda-tanda akan membaik atau sembuh malah kondisi Abdullah semakin memburuk.

Saat Abdul Mutholib melihat rombongan dagang dari suku Quroisy pulang tak terlihat anak bungsunya pulang, hal tersebut membuat Abdul Mutholib merasa khawatir akan kondisi anak bungsunya itu.

Ketika mendengar Abdullah terbaring sakit maka diutus lah anak Abdul Mutholib yang pertama yaitu harits untuk membesuk Abdullah.

Saat sesampainya Harits ke tempat Abdullah di Bani Addi betapa kaget dan sedihnya harits ketika mendapati adik bungsunya telah wafat dan dimakamkan di Daarut Tabaa'ah pendapat yang lain mengatakan dimakamkan di Abwa.

Harits bergegas kembali  pulang ke Mekkah untuk mengabari kepada ayahnya Abdul Mutholib tentang adik bungsunya yang telah wafat. Betapa terpukul dan sedihnya Abdul Mutholib saat mendengar kabar anak bungsunya meninggal, maka di baris paling bawah dalam kitab madarij Al-shu'ud halaman 12 cetakan Maktabah Hidayah Surabaya, Abdul Mutholib membuat syair yang inti dari syair tersebut menggambarkan perasaan sedih yang amat mendalam dari Abdul Mutholib ketika mendengar anak bungsunya telah wafat.

Begitulah kisah wafatnya ayahanda Rosulullah Muhammad Shallallahu Ailihi Salam dalam kitab Madarij Al -Shu'ud karya dari ulama Nusantara asal Banten yaitu Syekh Nawawi Al-Bantani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun