Ketika sepulang perjalanan dari berdagang kesehatan ayahanda Rosulullah inipun menurun, hal tersebut mengharuskan Abdullah untuk  singgah dan istirahat di keluarga Abdullah yaitu Bani addi dari suku najjariah. Abdullah menetap di Keluarga Bani Addi agar kondisi kesehatan Abdullah membaik, sementara rombongan para pedagang dari Quraisy pun kembali pulang ke Mekkah.
Setelah dirawat beberapa waktu di keluarga bani Addi kondisi kesehatan Abdullah pun tidak menunjukan tanda-tanda akan membaik atau sembuh malah kondisi Abdullah semakin memburuk.
Saat Abdul Mutholib melihat rombongan dagang dari suku Quroisy pulang tak terlihat anak bungsunya pulang, hal tersebut membuat Abdul Mutholib merasa khawatir akan kondisi anak bungsunya itu.
Ketika mendengar Abdullah terbaring sakit maka diutus lah anak Abdul Mutholib yang pertama yaitu harits untuk membesuk Abdullah.
Saat sesampainya Harits ke tempat Abdullah di Bani Addi betapa kaget dan sedihnya harits ketika mendapati adik bungsunya telah wafat dan dimakamkan di Daarut Tabaa'ah pendapat yang lain mengatakan dimakamkan di Abwa.
Harits bergegas kembali  pulang ke Mekkah untuk mengabari kepada ayahnya Abdul Mutholib tentang adik bungsunya yang telah wafat. Betapa terpukul dan sedihnya Abdul Mutholib saat mendengar kabar anak bungsunya meninggal, maka di baris paling bawah dalam kitab madarij Al-shu'ud halaman 12 cetakan Maktabah Hidayah Surabaya, Abdul Mutholib membuat syair yang inti dari syair tersebut menggambarkan perasaan sedih yang amat mendalam dari Abdul Mutholib ketika mendengar anak bungsunya telah wafat.
Begitulah kisah wafatnya ayahanda Rosulullah Muhammad Shallallahu Ailihi Salam dalam kitab Madarij Al -Shu'ud karya dari ulama Nusantara asal Banten yaitu Syekh Nawawi Al-Bantani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H