Mohon tunggu...
Ralindra Kartanama
Ralindra Kartanama Mohon Tunggu... Lainnya - Aquarius '96

Berisi kumpulan cerita pendek.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Otak

4 Januari 2023   18:31 Diperbarui: 4 Januari 2023   18:33 2180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buntut dari percobaan bunuh diri yang gagal itu. Bukannya Prof Dylan memberiku petuah bijak tentang kehidupan agar tak mengulangi perbuatan konyol itu lagi. Justru beliau meledekku dengan leluconnya. "Kenapa tak sekalian kau rebus saja otakmu ke dalam panci?" atau "Kenapa harus memberi makan kucing bukannya anjing?"

***

Tak terasa hampir satu jam aku duduk di sofa. Di atas meja, botol wine yang kuminum tadi sudah habis tak tersisa. Sedangkan masih sisa dua batang rokok dalam bungkus. Agaknya, aku merasa sulit untuk berhenti minum. Dengan tubuh sempoyongan aku bangkit lantas mengambil sebotol lagi dan mengganti musik blues dengan memutar musik jazz.

Di sela-sela kesibukan studiku ketika menjadi mahasiswa kedokteran, aku sering menyempatkan waktu berkunjung ke rumah Prof Dylan. Di teras rumahnya, kami kerap berbincang tentang banyak hal. Mulai dari topik ringan, berat hingga tak penting sama sekali, pun turut kami perbincangkan. Setiap kali kunjunganku ke sana, selalu dihadapanku tersaji wine kegemaran beliau.

"Dari segi kesehatan, mengonsumsi minuman beralkohol memilki dampak baik bagi kesehatan selagi tidak berlebihan.", jawab Prof Dylan saat kutanya kenapa ia suka minum.

Kehidupan semakin hari makin tambah sumpek. Begitu juga dengan tingginya intensitas bertemu dengan beliau. Sekali waktu, aku meminta saran masukan dari beliau atas masalah pertemananku. Lain waktu, aku mengeluh lantaran tugas akhirku yang tak kunjung selesai. Klimaksnya, pacarku kepergok selingkuh.

Segala keluh-kesahku tumpah ruah dihadapan beliau. Di saat itulah untuk kali pertamanya beliau menuangkan sedikit wine ke dalam gelas untukku.

***

Sisa satu batang rokok dalam bungkus. Setelah mengambil batang terakhir dan meremas bungkusnya. Kurebahkan tubuhku di sofa sambil mengapit sebatang rokok ditangan. Aku merasa pandanganku kabur memandang langit-langit rumah. Sesaat salah satu kakiku bergerak refleks mencari tempat tumpuan sampai tak sengaja wine di atas meja itu tersenggol oleh kakiku hingga air dalam botol itu tumpah membasahi buku peninggalan Prof Dylan.  

"Cinta pertamaku adalah ibumu. Begitu pula sebaliknya.", jawab beliau ketika aku iseng-iseng bertanya tentang kisah asmaranya.

Spontan aku kaget mendengar pengakuan beliau. Kenapa aku terlambat mengetahui bahwa dahulu mereka pernah menjalin hubungan dan kenapa pula aku baru bertanya sekarang. Seperti ada yang menahanku untuk bertanya lebih jauh. Beliau telah mengalihkan topik pembicaraan dengan membahas buku kontroversi miliknya yang ramai dibicarakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun