Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Coaching Clinic Cara Menang Blog Competition! Apakah Bisa?

15 Oktober 2024   12:00 Diperbarui: 15 Oktober 2024   17:04 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuan... Cuan... tentu ini keinginan bagi banyak peserta blog dan writing competition. Saya pun begitu, tidak mengelak tujuan itu ketika mengikuti blog dan writing competition. 

Saat tulisan ini dibuat pun, saya sedang draft tulisan / artikel untuk diajukan dalam writing competition yang berhadiah puluhan juta. 

Oh ya guys writing competition itu kompetisi menulis yang penilaiannya menitikberatkan pada kualitas tulisan, sedangkan blog competition penilaiannya tidak hanya dari segi tulisan tapi juga blog nya itu sendiri, apakah itu tampilan, kecepatan loading, jumlah viewer, dan lain sebagainya.

Oke lanjut, kembali ke laptop, biar menang blog competition atau writing competition apakah bisa di coaching clinic? 

Daku memiliki history di undang beberapa kali untuk memberikan couching clinic meraih prestasi di blog dan writing competition, tapi semuanya Daku tidak bisa menerima tawarannya, karena sebuah alasan cara pandang ku. Akhirnya berujung menjadi nara sumber sharing session ala-ala talk show saja. 

Menurut pandangan ku sebagai blogger yang telah berprestasi 70 writing dan blog competition dari berbagai penyelenggara itu tidak bisa di couching clinic. Karena blog dan writing competition tidak memiliki pakem (aturan baku). 

Coaching clinic adalah pembelajaran singkat dalam bentuk pelatihan atau sesi perorangan untuk meningkatkan level pengetahuan dan keterampilan peserta di bidang tertentu.

Buat ku yang berkerja di bidang kesehatan, seseorang yang memberikan coaching clinic diharapkan memiliki kompetensi dan sertifikasi atas bidang yang diajar. 

Jadi karena Daku basicnya lulusan kesehatan bukanlah lulusan jurnalistik dan belum memiliki sertifikasi pelatihan jurnalistik menganggap diri sendiri belum layak memberikan coaching clinic dalam bidang jurnalistik.

Contohnya coaching clinic yang dilakukan oleh para pakar bidang kedokteran olahraga, di Wisma Soegondo Djojopuspito PP-PON, Cibubur, Jakarta Timur yang diselenggarakan november 2018.

Deputi Pemberdayaan Pemuda Faisal Abdullah, menyampaikan "coaching clinic ini penting sebagai upaya memberikan tambahan pengetahuan yang benar kepada para calon pelatih,  yang sudah aktif melatih, agar penerapan kegiatan olahraga dapat dilakukan oleh para atlet maupun warga dapat berdampak positif dan terukur". 

Harapan coaching clinic itu dari tidak atau kurang memiliki kemampuan menjadi lebih bisa dan terukur keahliannya. Tapi apakah setelah di coaching clinic blog competition apakah langsung bisa juara? ... belum tentu, tentu tidak. 

Menurut ku dalam penilaian antara kompetisi menulis yang satu dengan kompetisi menulis yang lain bisa berbeda. Tergantung dari kriteria penilaian masing-masing juri dan penyelenggara. 

Untuk menilai rumahnya menulis yakni blog-nya itu sendiri, setiap juri bisa saja menyukai tone dan font tertentu sehingga mempengaruhi penilaian.

Penyelenggara blog dan writing competition perusahaan swasta dengan institusi pemerintah juga cendrung beda dalam menetapkan penggunaan bahasa. Swasta acapkali memperbolehkan bahasa tidak baku, sedangkan institusi pemerintah wajib menggunakan bahasa baku. 

Bahkan ada pihak swasta penyelenggara blog dan writing competition ketika ada peserta terlalu menggunakan bahasa terlalu baku, malah kena sortir (tersingkir).

Tapi penyelenggara swasta banyak pula yang juga meminta menggunakan bahasa baku. Namun ada pula yang tidak dituliskan dalam ketentuan blog dan writing competition. Jadi ketika menggunakan bahasa gaul, kena sortir.

Beberapa kriteria atau butir-butir penilaian blog dan writing competition mungkin bisa sama, bila penyelenggara dan jurinya sama, dan memiliki kesepakatan, misal writing competition yang sering kali diselenggarakan Kompasiana yang memiliki tim juri internal.

Memang ada kriteria dan poin-poin dasar penilaian blog dan writing competition yang bisa menjadi pegangan peserta, misal ; upload poster lomba di sosial media dengan hastag, dalam artikel dimasukkan kata kunci, label yang ditetapkan, upload artikel di story IG dengan tautan - mention - hastag, jumlah kata, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, lolos plagiarisme dan poin yang bisa diukur lainnya. 

Ingat itu hanya baru penilaian dasar, ketika jumlah peserta yang memenuhi kriteria dan poin dasar sudah tersortir dan mulai mengerucut, terus bagaimana menilainya ? 

Ya tentu selanjutnya faktor subyektif lah yang bermain dalam penilaian. Dan ini setiap juri yang bertugas akan memberikan penilaian berdasarkan asumsinya dengan skoring. 

Contohnya, menilai poin kebermanfaatan bagi pembaca ? poin yang seperti ini antar juri bisa memberikan skor yang berbeda. Contoh lainnya poin kesesuaian dengan tema, ini terlihat sederhana tapi  antar juri bisa memberi skoring yang berbeda. 

Biasanya ketika sudah mengerucut tinggal 3 atau 2 peserta, perlu musyawarah dan kesepakatan bersama, dan mungkin saja ada juri yang sholat Istihoroh dulu. 

Pernah saya dengar dan lihat langsung, ada salah-satu juri writing competition Astra (2 tahun yang lalu bila tidak salah) menyampaikan, "sebetulnya saya menyukai tulisan si A, tapi juri lain berpendapat lain dan kami berembuk bahwa dia tidak bisa masuk jajaran pemenang"

Sharing session bersama rumah pejuang hati mengenai mengikuti blog competition I Sumber Foto : dokpri
Sharing session bersama rumah pejuang hati mengenai mengikuti blog competition I Sumber Foto : dokpri

Nah itu kenapa cara pandang ku bahwa coaching clinic tidak bisa dipakai untuk 1001 cara menang blog competition. Lebih cocok para juara blog competition ketika menjadi nara sumber untuk sharing session dengan talk show / ngobrol bareng / denger cerita bukan coaching clinic atau pengajaran.

Menurut ku coaching clinic untuk para blogger dapat berupa bagaimana menulis feature, kelas jurnalistik, tehnik fotografi, tehnik editing short video yang diajarkan praktisi yang memiliki kompetensi dan bersertifikasi.

Para pemenang blog atau writing competition yang saya perhatikan amat langka sekali yang ikut pertama kali langsung menang. 

Saya sendiri pun butuh menunggu waktu 6 tahun untuk pertama kali juara, dan dari 70 kali prestasi itu pun mengalami kegagalan lebih dari 100 + kompetisi....

Jadi menurut Anda bisakah coaching clinic cara menang blog atau writing competition ?

___

Salam hangat, Blogger Udik dari Cikeas,

Bro Agan aka Andri Mastiyanto

Threads @andrie_gan I Tiktok @andriegan I Twitter @andriegan I Instagram @andrie_gan I Blog - kompasiana.com/rakyatjelata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun