Dan dalam hal kepemimpinan, Manunggaling Kawulo Gusti adalah, mampu memahami dan sadar, kapan kita memimpin sebagai leader, dan kapan kita dipimpin sebagai follower.
Ketika memimpin, harus mementingkan kepentingan yang dipimpin, sedang pada saat dipimpin, mengikuti kepemimpinan sang pemimpin.
Dalam konteks Yogyakarta, pengertian Gusti, lebih menekankan pada makna institusi kepemimpinan, dan bukanlah figur, atau pribadi tunggal seorang Sultan (Raja).Â
Dalam pengertian itu, maka ajaran ini sesungguhnya telah mengajarkan satu sistem demokrasi modern, suatu lembaga kepemimpinan yang terbuka untuk diakses oleh kawulo atau rakyat, dan masyarakat luas.Â
Demikian juga sebaliknya, Gusti atau pemimpin, harus dengan sangat ringan kaki turun ke bawah, dan mampu berdialog dengan kawulo (rakyatnya).
Dalam konteks sejarah, praktikum dari filosofi ini dapat dibaca pada kasus-kasus didapatinya pemimpin yang mampu memenangkan hati rakyat. Pemimpin yang dengan amat ringan, hadir di tengah rakyat, yang pernah mengalami kesulitan dan kebingungan.Â
Seorang pemimpin yang benar-benar sadar itu, Salus Populi Suprema Lex Esto, bahwa hukum tertinggi, adalah keselamatan rakyat. Banyak tokoh dunia, dan nasional, yang mempraktekan model kepemimpinan seperti ini, dan sangat berhasil membawa perubahan, bagi wilayah atau negara yang dipimpinnya.
Pada masa lalu, kita bisa melihat dan mencermati, bagaimana Gandhi mampu, berManunggaling Kawulo Gusti, dengan konsep Ahimsa,dan Satyagrahannya.Â
Begitu juga dengan Bung Karno, mengangkat Marhaen, setelah dia melakukan Manunggaling Kawulo Gusti. Bahkan Nelson Mandela, mampu berManunggaling Kawulo Gusti, bersama rakyat untuk melawan politik apartheid.Â
Fakta itu, seakan menunjukkan dimensi Manunggaling Kawulo Gusti, sebagai ajaran yang menjadi komitmen bersama antara Raja selaku leader, dengan rakyat atau followers, secara manunggal untuk memutuskan arah pembangunan, menuju peradaban baru yang lebih sejahtera, adil, demokratis, dan berbudaya.
Dari Yogyakarta, tahta untuk rakyat, yang menjadi komitmen, HB IX Â adalah contoh nyata kepemimpinan, Manunggaling Kawulo Gusti, yang dijiwai dengan filosofi Hamemayu Hayuning Bawono yang memiliki sifat empati, kepada kawulo, atau masyarakatnya.Â