Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Caregiver Kanker, Ini Tips agar Tidak Berpura-Pura Tertawa

4 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 4 Februari 2024   08:35 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendengar I Sumber Foto : golife.id

Setiap tanggal 4 Februari diperingati sebagai Hari Kanker Sedunia. Tentu setiap tanggal ini memiliki kenangan buat Daku yang pernah sebagai Caregiver bagi Almarhum Kakak Ku Satria Adhi yang merupakan pejuang kanker (Warrior).

Hari Kanker Sedunia di'inisiasi' oleh Union for International Cancer Control (UICC). Hari Kanker Sedunia ini diresmikan pada tahun 2000 di acara KTT Dunia di Paris.

Para pejuang kanker tidak hanya para Warrior (penyintas kanker) tapi juga Caregiver (pendamping). Menjadi Caregiver tidaklah mudah, banyak pengorbanan yang harus dilakukan. 

Dari harta, waktu, tenaga, membagi hati, mengorbankan perasaan dan bahkan pekerjaan. Dalam hati harus ada pernyataan "menerima" tapi patut diakui karena rela tidak semudah kata.

Daku (saya) dapat berkata seperti ini karena memiliki pengalaman sebagai Caregiver selama sekitar 5 tahun (2011 s/d 2016). Mengalami menutup usaha Toko Fashion dan Kelontong yang telah dibangun, melepaskan harta yang dipunya, berhutang ratusan juta, sempat menjadi orang yang emosional berujung menjadi orang yang terhukum di tempat kerja.

Tawa merupakan cara agar kami tetap bisa sehat secara mental dalam mendampingi para warrior. Karenanya perlunya caregiver bisa tertawa agar tidak stres dan depresi.

Namun, bagaimana Kita (Caregiver) dapat  accepted "menerima" dan dapat tidak berpura-pura tertawa ? ini dia tips dari Daku.

_

1. Relakan Ketika Harus Mengorbankan Harta dan Harus Berhutang

Keluarga penyintas kanker sudah pasti dan amat jelas akan mengorbankan harta. Dulu saat BPJS Kesehatan belum seperti sekarang, Daku merasakan tidak semua obat dan layanan bisa tertanggung biayanya. 

Mungkin saat ini juga ada yang tidak tertanggung, ditambah pengeluaran sehari-sehari diluar kebutuhan pengobatan. Bahkan dari penglihatan dan pengamatan Ku terhadap caregiver lainnya, karena kebutuhan mengantar dan mendampingi, ada caregiver yang harus keluar dari pekerjaan berujung menjual rumah dan harta benda.

Merelakan I Sumber Foto : iStockphoto
Merelakan I Sumber Foto : iStockphoto

Daku pun sebagai caregiver sempat mengalami menggadaikan tabungan 50 gr perhiasan emas, menguras tabungan untuk menambah biaya perawatan Almarhum Kakak (Kanker) dan saat itu Almarhum Bapak (TBC ) juga sakit. Selain itu Daku harus berhutang ratusan juta untuk menutupi biaya perawatan selama 5 tahun mendampingi.

Agar kita benar-benar bisa menerima, ya ikhlaskan saja pengorbanan yang caregiver lakukan. Kita harus punya pikiran bahwa harta bisa dicari, kita memiliki harta tentu suatu saat akan kita lepas untuk keluarga yang sakit, bila tidak nanti harta tersebut diserahkan untuk membahagiakan keluarga, biaya pendidikan atau diwariskan. 

"Patut diingat bahwa harta tidak dibawa mati"

Bila Anda (Caregiver) mampu mindset pikiran seperti itu, Daku yakin Anda bisa tidak berpura-pura tertawa, dan bisa mendapatkan tawa pada momen-momen lucu atau membahagiakan disaat duduk ngemper disudut-sudut rumah sakit.

_

2. Menangis'lah, Cari Teman Untuk Jadi Pendengar

Caregiver diawal-awal pendampingan akan ada yang berada pada situasi diam yang perlahan menghilang bersama cipta yang terpendam. Tidak semua orang  itu ekstrovet ada pula yang introvert sehingga belum tergabung dengan kelompok caregiver.

Daku ingat sekali bagaimana tangis pecah tersedu-sedu, saat itu Daku hanya tinggal memegang uang Rp.500.000,- di tangan dan sudah memiliki hutang dimana-mana untuk biaya perawatan, juga memiliki hutang untuk pengembangan toko yang kemudian bangkrut (tidak terurus karena menjadi caregiver), itu kebingungan yang dihadapi.

Bagaimana menjalani hari-hari ? bagaimana kedepannya ? 

Pada saat kebingungan itu, ada seseorang teman di tempat kerja berada diruangan, namanya Chandra seorang konselor. Daku luapkan segela hal yang dialami kepada dirinya terdamping tangis dengan pipi yang membasah.

Dirinya pun hanya terdiam, tak bisa berkata-kata apa-apa. Tapi ternyata yang Daku butuhkan untuk mencharge rasa ya dengan mendampatkan pendengar. 

Pendengar I Sumber Foto : golife.id
Pendengar I Sumber Foto : golife.id

Daku pun memiliki sahabat yang disaat yang sama menjadi caregiver tapi disituasi yang berbeda. Hidayatullah melahirkan anak yang berkebutuhan khusus Poland Syndrome. Kami berdua saling menguatkan dan bergantian menjadi pendengar.

Entah, disaat itu stres dan depresi menjadi amat berkurang, hal ini membuat kita bisa tersenyum dikala kucing bermain dengan kemoceng.....tawa yang tak berpura-pura....

_

3.  Merangkul Bersama Sesama Caregiver

Mendapatkan seorang pendengar pilu yang kita hadapi pun bisa didapatkan bila ikut dalam kelompok Caregiver. Tidak hanya sebagai pendengar, mereka dapat mensupport kita juga.

Daku ingat sekali, bagaimana kita yang berada di Rawat Inap membantu sesama Caregiver lain yang membutuhkan nomor antrian poliklinik rawat jalan di RS Kanker Dharmais.

Kami sesama keluarga pasien membagi haru dan menemani Caregiver lain saat anggota keluarga (warrior) sedang operasi atau kondisi kritis. Tangan kami menyentuh bahu menenangkan hati, kata yang tak bersuara "kami ada di sini".

Memori ini masih terngiang ketika di RS Kanker Dharmais (2016) ada Caregiver yang tidak memiliki uang untuk mengantarkan jenasah istrinya. Kami pun patungan untuk biaya Ambulance dan menunggu di ruang jenasah hingga roda Ambulance bergerak.

Tawa pun tak terelakkan saat bergabung sesama Caregiver, kondisi sedih pun Kami tertawakan. Ingat sekali bagaimana Daku dipanggil Pak Lurah karena berada di ruang tunggu ICU RS Kanker Dharmais paling lama.

Support bersama I Sumber Foto : Depositphotos
Support bersama I Sumber Foto : Depositphotos

Senda gurau saat Kami berkumpul dengan berbagai makanan terhidang. Momen ini tak terlupa, tawa-tawa kecil hingga terbahak-bahak, sepertinya kami melupakan apa yang terjadi. Saat itu Kami benar-benar tidak berpura-pura tertawa.

Harapan dan senyum pun bisa hadir di wajah Kami (caregiver), karena banyak kisah dari  warrior yang didampingi  caregiver  berhasil melewati maut dan ada cerita sang warior dapat sembuh. 

Karena setiap ujian ada ujungnya, tapi setiap caregiver mengharapkan sang warrior dapat beraktivitas kembali. Panjangnya Nyawa sudah diatur, jadi berserah saja, kalau bisa tertawa, tertawalah.

_

Salam hangat, Blogger Udik dari Cikeas,

Bro Agan aka Andri Mastiyanto

Threads @andrie_gan I Tiktok @andriegan I Twitter @andriegan I Instagram @andrie_gan I Blog - kompasiana.com/rakyatjelata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun