Pada saat kebingungan itu, ada seseorang teman di tempat kerja berada diruangan, namanya Chandra seorang konselor. Daku luapkan segela hal yang dialami kepada dirinya terdamping tangis dengan pipi yang membasah.
Dirinya pun hanya terdiam, tak bisa berkata-kata apa-apa. Tapi ternyata yang Daku butuhkan untuk mencharge rasa ya dengan mendampatkan pendengar.Â
Daku pun memiliki sahabat yang disaat yang sama menjadi caregiver tapi disituasi yang berbeda. Hidayatullah melahirkan anak yang berkebutuhan khusus Poland Syndrome. Kami berdua saling menguatkan dan bergantian menjadi pendengar.
Entah, disaat itu stres dan depresi menjadi amat berkurang, hal ini membuat kita bisa tersenyum dikala kucing bermain dengan kemoceng.....tawa yang tak berpura-pura....
_
3. Â Merangkul Bersama Sesama Caregiver
Mendapatkan seorang pendengar pilu yang kita hadapi pun bisa didapatkan bila ikut dalam kelompok Caregiver. Tidak hanya sebagai pendengar, mereka dapat mensupport kita juga.
Daku ingat sekali, bagaimana kita yang berada di Rawat Inap membantu sesama Caregiver lain yang membutuhkan nomor antrian poliklinik rawat jalan di RS Kanker Dharmais.
Kami sesama keluarga pasien membagi haru dan menemani Caregiver lain saat anggota keluarga (warrior) sedang operasi atau kondisi kritis. Tangan kami menyentuh bahu menenangkan hati, kata yang tak bersuara "kami ada di sini".
Memori ini masih terngiang ketika di RS Kanker Dharmais (2016) ada Caregiver yang tidak memiliki uang untuk mengantarkan jenasah istrinya. Kami pun patungan untuk biaya Ambulance dan menunggu di ruang jenasah hingga roda Ambulance bergerak.