Suatu pagi yang cerah di hari minggu (23/1/2021), Daku (saya) memutuskan untuk menghabiskan waktu liburanku dengan teman-teman komunitas traveling mengunjungi sebuah museum yang mengingatkan permainan masa kecil yakni permainan layang-layang.
Nama museum yang Daku kunjungi yaitu Museum Layang-Layang Indonesia yang berlokasi di Jalan H. Kamang, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Museum ini berdiri diatas tanah 3000 meter persegi.
Museum ini menjadi tempat yang sempurna untuk mengeksplorasi seni dan juga sejarah di balik hobi yang sederhana namun merangsang memori ini.
Sinar matahari yang hangat dan langit yang biru membuat perjalanan Daku kesana terasa semakin menyenangkan. Dalam perjalanan, memori terngiang-ngiang, merasa seolah-olah telah memasuki lorong waktu yang membawa Daku kembali ke masa lalu.
Sejak kecil, Daku selalu senang bermain sambil menikmati keindahan bentuk dan kebebasan layang-layang yang melayang menghiasi langit biru. Kaki berlari, sambil tangan menarik tali gelasan agar layangan dapat terbang, itu begitu menyenangkan.
Daku tertarik menapak Museum Layang-Layang Indonesia karena salah-satu dari 3 (tiga) museum di Jakarta Selatan yang dikelola secara mandiri, berbeda dengan museum yang dikelola Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Terdapat 2 museum lain yang dikelola secara mandiri yaitu Museum Tengah Kebun dan Museum Hari Darsono.
Ketika berada di depan gerbang Museum layang-Layang Indonesia tidak seperti museum-museum yang pernah Daku kunjungi sebelumnya yang berarsitektur kolonial. Arsitekturnya museum ini bila dilihat dari luar layaknya hunian megah era 90an yang asri.
Sepuluh meter dari pintu gerbang sebelah kanan terdapat loket, daku keluarkan uang untuk membeli tiket masuk dengan biaya Rp 25 ribu, harga ini untuk orang dewasa. Tertera pula biaya tiket masuk untuk anak-anak sebesar Rp.20.000,-.Â
Tahun 2021 untuk tiket masuk museum terbilang mahal, biasanya tiket masuk museum dikisaran Rp.5.000 bahkan ada yang gratis. Dalam pikir ku, mungkin ini karena dikelola secara mandiri (perorangan).
Ternyata setelah Daku tanya, harga tiket tersebut sudah termasuk menonton film dokumenter tentang sejarah layang-layang, tour keliling museum yang dipandu pengelola, dan mengikuti workshop membuat layang-layang. Berbeda dengan ketika Daku menikmati museum lainnya yang hanya melihat-melihat saja.
Telinga Daku mendengar guide menyampaikan bahwa Museum Layang-Layang didirikan oleh Endang W. Puspoyo yang merupakan seorang pakar kecantikan. Pada saat tahun 2021, beliau telah berusia 71 tahun.
Kecintaannya sejak kecil terhadap layang-layang yang membuat Endang W.Puspoyo mendirikan museum ini di tahun 2003.  Ternyata museum layang-layang yang berada di Jakarta Selatan ini satu-satunya di Indonesia, ungkap guide Museum Layang-Layang, Liza Adianty.
Fakta menarik terungkap dari mulut Liza setelah Jepang ada Indonesia yang kemudian menyusul memiliki Museum Layang-Layang. Tentu ini yang membuat Daku pecinta sejarah senang mendapatkan insight.
Tour museum layang-layang di mulai dari ruangan yang berada didepan loket masuk, Kami diajak untuk menonton film dokumenter terlebih dahulu.Â
Terdapat ruangan dengan warna tone kayu begitu kental, tertanam sebuah layar dan bangku-bangku berjajar rapih dimana sebagian berupa bangku panjang
Kami (pengunjung) menyaksikkan edukasi selama 15 menit tentang sejarah, dan juga jenis-jenis layang-layang yang ada di berbagai belahan dunia.
Setelahnya Kami diajak masuk menyusuri bangunan dan landscape taman yang tertata rapih dengan pohon-pohon besarnya. Sejajar dengan studio terdapat pusat oleh-oleh dan area cafe yang sepertinya buka diwaktu petang.Â
Taman dihiasi benda seni dan bangku-bangku dan lampu-lampu yang unik. Salah-satu benda seni yang menarik perhatian Daku , terlihat patung kerbau berwajah sendu dengan totolan-totolan hijau daun.
Setelah itu, kami diarahkan untuk menuju ke bangunan museum dengan arsitektur Jawa, dimana terdapat pendopo yang dihiasi benda seni dan layang-layang yang diletakkan dipojok-pojok pendopo dan dibagian atap. Â
Terdapat layang-layang dengan motif wayang mahabrata dengan bentuk standar yang biasa kita lihat sampai dengan bentuk kuda pegasus.Â
Ada juga layang-layang wayang yang memang khusus didesain untuk merayakan anniversary hubungan kerjasama antara Indonesia dan India.
Sambil berjalan mendampingi Kami, Liza menerangkan ada sekitar lebih dari 600 koleksi layang-layang yang dimiliki oleh Museum Layang-Layang Indonesia.
Tapi hanya ada sekitar 200 layang-layang yang dipamerkan di dua bangunan yang berada dikawasan itu. Koleksi lainnya akan dipamerkan secara bergantian karena keterbatasan ruangan.
Masuk ke ruangan dibelakang pendopo, Kami disambut oleh ruangan  galeri yang dipampang berbagai macam layang-layang dari daerah-daerah di Indonesia dan berbagai belahan dunia.Â
Tertampil di mata Daku, layang-layang tradisional dengan motif-motif etnik yang begitu khas dan otentik, layang-layang kekinian dengan bentuk yang futuristik, dan bahkan layang-layang unik dimasa prasejarah.
Galeri pertama membawa Daku menjelajahi bagaimana budaya-budaya di daerah telah menggunakan layang-layang dalam berbagai kegiatan tradisi dan ritual. Layang-layang dibuat dengan dengan bentuk binatang fantastis yang unik diluar bayangan ku.
Daku dapat belajar tentang tradisi ritual layang-layang di beberapa  daerah di Indonesia di mana cakrawala dipenuhi warna-warni dan kreativitas masyarakat melalui karya seni terbang ini.
Galeri berikutnya membawa Daku  ke dunia teknologi layang-layang yang memukau. Daku terpesona melihat berbagai inovasi-inovasi layang-layang terbaru.
Desain dan material yang digunakan memungkinkan layang-layang untuk dapat terbang dengan stabil. Terheran Daku ada layang-layang dengan bentuk bangunan daerah yang dapat terbang dan melayang, kok bisa ?
Tidak hanya layang-layang yang terpampang di museum ini, tertampil seni melalui lukisan dan foto-foto yang menangkap keindahan layang-layang di langit nan biru.Â
Jiwa Daku terpancing merasakan emosi dan kebebasan layang-layang yang terpancar dari tiap karya seni. Ini membuat Daku semakin menghargai seni layang-layang sebagai medium ekspresi manusia.
Paling menarik , ada layang-layang raksasa  yang berukuran 2 meter bahkan sampai 5 meter , layang-layang berlampu, dan bahkan layang-layang yang dibuat oleh  para seniman terkenal.Â
Daku berada di dalam museum merasa seolah-olah  terbang bersama layang-layang berimajinasi melintasi berbagai budaya. Daku menatap layanan berbahan kayu dan daun yang sudah ada sejak jaman prasejarah, bayangan membuat ku tenggelam ke masa lalu pakai cawet mencari bahan-bahan dihutan, membuat layangan dan mencoba menerbangkannya.
Ada juga sudut interaktif di mana pengunjung dapat mencoba merakit dan melukis layang-layang aduan sederhana yang dipandu oleh guide. Setelah selesai merakit, langsung dapat mencoba melepaskannya di taman.
Sebelum meninggalkan museum, Daku berkesempatan untuk menyaksikan bagaimana pengunjung anak-anak berusaha menerbangkan layang-layang di area taman.Â
Terlihat kebahagiaan dan tawa di muka mereka ketika layang-layang dapat terbang dan bersaing di udara, menciptakan tarian warna-warni yang menghipnotis jiwa. Daku duduk di pendopo memperhatikan sambil merenung menikmati pertunjukan cinta yang begitu indah.
Kunjungan Daku ke Museum Layang-Layang bukan hanya melibatkan fisik, tetapi juga jiwa dan memori. Daku pulang dengan rasa bahagia yang mendalam terhadap keindahan , keunikan dan keberagaman layang-layang.
Museum ini ternyata memberikan kesempatan kepada masyarakat yang ingin belajar karawitan dan tari. Museum ini, dibuka mulai pukul 9.00 WIB hingga 17.00 WIB.
Tulisan ini merupakan wujud apresiasi terhadap sosok  Endang W. Puspoyo yang bersedia mengerahkan materi, waktu dan upaya terhadap seni yang telah ada sejak jaman prasejarah ini Layang-Layang.Â
Tidak banyak museum yang dikelola secara mandiri oleh individu, kalau bukan karena kecintaan dan kenangan tentu tidak akan berdiri Museum Layang-Layang Indonesia.
Apresiasi yang lebih besar Daku berikan terhadap para pembuat layang-layang yang melahirkan seni dan termunculkan kreativitas manusia yang terbang bebas di langit biru.
Liburan Tahun Baru 2024, bagi para pemilik memori main layangan, atau keluarga yang ingin memperkenalkan layang-layang kepada putera-puteri, Museum Layang Layang Indonesia merupakan tempat yang tepat.
---
Salam hangat, Blogger Udik dari Cikeas,
Bro Agan aka Andri Mastiyanto
Threads @andrie_gan I Tiktok @andriegan I Twitter @andriegan IÂ Instagram @andrie_gan I Blog - kompasiana.com/rakyatjelata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H