Saat kita memasuki gedung utama dan mengarah masuk ke dalam, terdapat taman yang dapat dinikmati dan juga kita diperlihatkan arsitektur bangunan era kolonial. Kita akan terasa kembali ke masa lalu, apalagi banyak benda sejarah yang diletakkan di sekitar area taman.
Bangunan Museum Nasional itu sendiri menurutku salah satu objek wisata yang menarik dengan arsitektur kolonial Belanda yang indah dan megah.
Setelah beeberapa kali daku ke Meseum Nasional, daku melihat koleksi di Museum Nasional Jakarta terus berkembang dan berubah dari waktu ke waktu.
Beberapa sudut koleksi membuat daku terpancing berpikir imajinatif andaikan berada di masa yang lampau. Tentu berpikir imajinatif amat penting buat daku yang seorang content creator.
Bagi daku salah satu cara yang dapat memunculkan solusi kreatif adalah berpikir metaforis. Cara ini dapat menghubungkan berbagai elemen bayangan imajinatif dan situasi dengan cara yang nyata, dan acapkali secara tak terduga dan kadang-kadang tidak logik, yang mengarah ke pemahaman baru terhadap suatu fenomena.
Contohnya Einstein yang amat terkenal karena keterampilan imajinatifnya, yang sering kali memecahkan masalah tentang teori fisika melalui citra mental.
Dahulu (2011-2016) ketika daku menghadapi situasi stres yang tinggi karena Almarhum Bapak dan Almarhum Kakak berbarengan sakit berat, akhirnya tinggal di rumahku dan kemudian berpulang, maka perpustakaan tempat kerja menjadi lokasi singgah setiap hari.Â
Selain perpustakaan setiap dua minggu sekali atau sebulan sekali, daku mengunjungi museum, salah-satunya Museum Nasional yang telah daku jejak sebanyak 7 kali. Keduanya (perpustakaan dan museum) menjadi tempat untuk melepas stres dengan meditatif (hidup dengan kondisi meditasi).
Daku biasanya sambil duduk (The Sound Of Silence) memperhatikan lukisan atau citra digital sambil membayangkan dan mengalihkan perhatian dari problema sehari-hari. Karena stres pun harus dilepas beberapa saat, agar kita tidak berkutik/berputar dengan problem yang ada, bisa jadi kita akan menemukan sebuah solusi.