Entah kenapa, Daku lebih memilih diluar bangunan. Seperti ada bisikan ini merupakan rumah ibadah jaga kehormatannya.
Berlanjut menembus gang sempit, sebelum keluar gang belakang Kongsi terdapat penjual cakwe dan kue bantal Koh Atek.Â
Jajanan ini amat legendaris, tak lengkap bila ke Passer Baroe tidak membeli jajanan ini. Adonan cakwe dan kue bantal di goreng pada sebuah wajan (wok) berisi minyak kelapa yang berlimpah. Jajanan ini dijual seharga Rp 6 ribu per kue/cakwe dengan rasa yang maknyus.
Keluar dari gang, sebelah kiri, terdapat Bakmi Gang Kelinci yang sudah begitu tersohor. Rasanya akan terasa kurang, bila pengunjung Pasar Baru belum mencicipi bakmi ini. Restoran ini sudah berdiri sejak tahun 1957 yang menyajikan bakmi Tiongkok yang ajib tenan.
Daku mengakui, kuliner di Pasar Baru benar-benar menggoda, dan Kami dapat menemukan berbagai macam makanan dari berbagai daerah di lokasi ini. Termasuk Daku mencicipi jajanan yang belum ditemui di tempat lain yaitu Es Sari Salju di Pasar Baru Metro Atom.
Kami juga diajak berkeliling melihat Gereja PNIEL, Galeri Jurnalistik Antara dan berbagai toko-toko Pasar Baru yang menjual barang-barang antik, sepatu, tekstil, dan busana.Â
Memang sejak dulu, Pasar Baru dikenal sebagai pusat perbelanjaan tekstil dan busana, dengan harga yang bersaing berkonsep open mall / mall yang terbuka.
Setelah beberapa jam menjelajahi Pasar Baru bersama 20an traveler lainnya, Daku merasa puas dengan pengalaman ini. Daku merasa telah menemukan hidden gem dan sepotong Jakarta yang kaya akan warisan budaya dan sejarahnya.Â
Perjalanan Daku sebagai pecinta sejarah ke Pasar Baru telah memberikan pengalaman yang tak terlupa, dan Daku pasti akan kembali lagi suatu hari nanti untuk mengeksplorasi lebih lanjut keajaiban lokasi ini....