Kendati sentuhan modernitas bergitu terasa, bangunan aslinya yang begitu vintage mirip dengan dengan desain art deco seperti stasiun kota secara umum masih dipertahankan.Â
Daku melihat lantai marmer sejak zaman kolonial masih dipertahankan. Begitupun pesona seni dari kaca patri yang menghiasi bagian depan gedung tersebut.
Saat berkeliling Pos Bloc, Kami didampingi Indri dari Disparekraft DKI Jakarta dan Ira Latief salah-satu tour guide dari Himpunan Pramuwisata Indonesia.
Kami (10 traveler) direncanakan dari pukul 09.00 wib s/d 12.30 wib menjelajah kawasan yang dahulu dikenal dengan sebutan Weltevreden di era Jakarta masih bernama Batavia.
Saat berada di Pos Bloc, kami mendapatkan cerita bahwa dahulu Pos Bloc merupakan museum filateli atau Gedung filateli. Filateli mengacu pada kegiatan koleksi, apresiasi dan penelitian pada prangko serta produk filateli lainnya.
Gedung ini sebelum dibawah kendali Indonesia bernama Post Telefon en Telegraf yang difungsikan sebagai kantor pos sejak 1860-an era kolonial Belanda.
Kami mendapatkan informasi kenapa warna dari PT.Pos Indonesia berwarna orange dan juga DKI Jakarta identik dengan warna orange ?, hal tersebut karena ada hubungannya dengan Belanda yang khas dengan warna orange ( The Orange) dan saat itu usaha dibidang Pos merupakan bisnis bonafit, bila dibandingkan saat ini bisnis dibidang tambang.
Warga masa kolonial yang berkerja di kantor pos dahulu memiliki pendapatan yang termasuk tinggi, berkelas dijamannya.
Setelah menikmati Pos Bloc, kami diajak berkeliling kawasan Weltevreden yang dimulai dari sisi jalan Kanal Ciliwung yang berhadapan langsung dengan Passer Baroe (Pasar baru) 1820.
Kawasan Pasar Baru, yang didirikan pada awal abad ke-20, memiliki banyak kisah yang tentu diminiati traveler pecinta sejarah dan kuliner.