Terdapat sebuah scene dimana Mike dan Doug menunggu untuk menyiapkan presentasi produknya untuk petinggi sebuah perusahaan, Mike terganggu oleh interkom yang mendengung yang membuat dirinya tidak bisa berkonsentrasi.
Mike pun meminta Doug mencarikan penjepit kertas, lalu Mike dengan cepat memperbaikinya. Ia pun mengingat dalam memory nya bahwa intercom itu dibuat di China. Pembuat Film ini seperti memberi pesan tertentu terhadap scene ini dan diakhir film juga menonjolkan pesan ini.
Adegan tersebut mempertemukan Mike dan Doug, kepada seorang salesman yahud bernama Jim Balsillie yang awalnya kurang tertarik terhadap produk mereka.
Namun, Jim kemudian melihat potensi perangkat yang ditawarkan tersebut. Jim tau bahwa Mike dan Doug tidak akan mampu membuat perangkat tersebut terjual ke pasaran.
Jim pun membuat kesepakatan untuk mengakuisisi sebagian saham dari RIM plus ditambah uang tunai bila mampu menjual produk dalam sejumlah nilai tertentu. Sebagai imbalannya Jim akan menunjukkan keahlian sebagai penjual yang ulung yang meningkatkan penjualan produk RIM.
Doug pria yang berikat kepala yang suka dengan mengenakan kaos colourfull dan Mike seorang yang berambut uban ini mengetahui bahwa dirinya membutuhkan perantara untuk sukses seperti Jim.
Maka kesepakatan itu pun disetujui ketiganya, dimana Jim mendapatkan posisi sebagai Co-CEO RIM yang akan menjalankan bisnis dari perusahaan IT ini. Sedangkan Mike dan Doug (CEO) sebagai pendiri yang lebih fokus pada inovasi produk.
Film ini menunjukkan bagaimana untuk meraih sukses tidak hanya cukup produk yang bagus, tapi juga Sumber Daya Manusia (SDM) dibidang public relation (humas) dan marketing (pemasaran) yang jempolan yang disokong dan di support oleh Pimpinan perusahaan.
Pesan yang jelas untuk menaikkan level perusahaan dibutuhkan SDM yang mempuni. Bahkan ketika RIM menghadapi masalah dibidang Information Technologi (IT), mereka membajak SDM dari Google dan perusahaan dibidang IT lainnya dengan menawarkan gaji yang selangit.Â