Karlina Supelli Bahas Teknologi yang Humanis
Setalah mas Budiman Tanuredjo menyampaikan pandangannya, giliran wanita bersahaja, Ibu Karlina Supelli yang memberikan gagasan dan pengetahuannya secara monolog yang kemudian ditimpali oleh kedua panelis dan juga moderator.
Dalam monolognya, ia memberi penekanan terhadap kata humaniora, sosial budaya, science, ilmu pengetahuan, Artificial Intelligence dan teknologi serta filsafat.
Dirinya menanamkan kepada audience bahwa science harus berkolaborasi dengan sosial budaya, agar teknologi yang dibuat dapat memiliki sisi humanis yang impactnya the beauty of science.
Ibu Karlina mencontohkan bagaimana cara berfikir ilmiah dengan menjelaskan bagaimana pengetahuan / teknologi ditemukan dan dimulai. Ia menceritakan kisah singkat Ignaz Semmelweis seorang ahli kebidanan abad 18 yang berusaha memecahkan persoalan ibu dari risiko kematian akibat demam nifas.Â
Ceritanya, Ignaz Semmelweis menulis biografi sambil menangis, ia menuliskan "saya menulis ini sambil mendengar rintihan yang menjelang kematian ibu, tapi saya tidak bisa membantu mereka".Â
Ada narasi yang indah, menyentuh dan humanis dari penemuan tata cara kebersihan tangan (hand hygiene) oleh Ignaz Semmelweis.Â
Sosok wanita lembut ini juga memberi contoh lain. Ia memberitahu kami, Newton dan Kapler, bila kita membaca hasil astronomi keduanya kita akan menemukan karya sastra yang bercampur dengan matematika, kita bisa menangis membacanya.
Banyak temuan-temuan teknologi yang bermanfaat awalnya ditulis dari tulisan indah sang penemu. Tulisan indahnya yang akhir nya menjadi jalan pembuka hadirnya teknologi atau penemuan baru.Â
Para penemu klasik dari kecil di didik untuk menulis, sehingga ketika menulis karya ilmiah meraka akan menulis secara indah. Sehingga keluar unsur manusia dan dan pembacanya bisa takjub ada sesuatu yang indah dari temuannya.