Kembali ke walking tour, titik point pertemuan kami para kompasianers di Museum Joang 45 pukul 12.30 WIB. Kurang lebih 15 kompasianers berkumpul dari yang sudah saya kenal, sampai bertanya-tanya itu siapa? Kok cakep...eeehhh.
Bangunan oldiest dengan gaya arsitektur Indies Woonhuis dibangun pada tahun 1938 di zaman Hindia Belanda dan digunakan oleh pemerintah Belanda sebagai hotel dengan nama Hotel Schomper I yang dikelola keluarga keturunan Belanda bernama L.C. Schomper.
Menurut kak Ira Latief sebagai tim leader walking tour kali ini, dahulu Gedung Joang 45 merupakan tempat nongkrong anak muda era Adam Malik.
Tambah Ira, Gedung Joang 45 dahulu dikenal dengan nama Gedung Menteng Raya 31. Bangunan bersejarah ini tidak dapat dilepas dari perjuangan rakyat Indonesia mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Bangunan ini amat erat sebagai Gedung Pusat Kegiatan Pemuda dan Angkatan 45.
Bila daku lihat dari depan, bangunan utama Museum Joang 45 berbentuk persegi panjang dengan dua sayap di sisi kiri dan kananya. Bangunan walaupun didesain dengan gaya Eropa, tapi disesuaikan dengan iklim di Indonesia yang lembab dan panas. Terdapat jendela-jendela yang besar, iternit yang tinggi dengan atap bangunan ditutup genteng tanah liat khas bangunan Jawa.
Terdapat beberapa ruangan yang menyimpan koleksi sejarah; Ruang Teras, Ruang Pintu Masuk, Ruang Pendudukan Jepang, Ruang Seputar Proklamasi, Ruang Diplomasi, Ruang NKRI, Ruang Laskar Putri dan Ruang Semesta atau Ruang Memorabilia. Bagian belakang gedung terdapat bangunan yang menyimpan mobil yang digunakan Ir.Soekarno.
Setelah dari Gedung Joang 45 kami para kompasianers menuju Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang tidak jauh dari Taman Suropati.