Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menapak dan Mencium Aroma 'Ratu dari Timur' di Amazing Huis De Klerk (Museum Arsip Nasional)

6 Maret 2022   13:16 Diperbarui: 6 Maret 2022   15:26 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi kanal Batavia saat ini I Sumber Foto : dokpri

Desy mengajak Rahman Hanif (Arsiparis) untuk memberikan pengetahuan sejarah Gedung Arsip Nasional kepada kami para traveler pecinta sejarah. 

Hanif menceritakan gedung ini dibangun pada sekitar Abad ke-18 oleh Reinier de Klerk untuk dijadikan rumah tinggal.

Reinier de Klerk merupakan seorang pedagang dan admiral angkatan laut yang kelak menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Ia mendirikan bangunan yang konsepnya merupakan vila mewah di luar tembok Kota Batavia.

Peletakan batu pertama berlangsung pada 1755 dan proses pembangunan selesai pada 1760. 

Rahman Hanif menceritakan sejarah dari lonceng yg berada di kawasan komplek Museum ANRI I Sumber Foto : dokpri
Rahman Hanif menceritakan sejarah dari lonceng yg berada di kawasan komplek Museum ANRI I Sumber Foto : dokpri

Terdapat sebuah lonceng tertulis 1755 dan 3 meriam yang dibuat dan diletakkan didalam komplek Museum Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yang masih bisa kita lihat sampai saat ini. Lonceng ini diproduksi di Jatinegara.

Sepeninggal Reinier de Klerk (1780) dan istrinya (1785), bangunan berungkali berpindah tangan.

Seiring berjalannya waktu dan pemilik gedung ini kemudian mengalami beberapa kali perubahan fungsi. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda sempat menggunakannya sebagai kantor untuk urusan pertambangan pada 1925.

Setelah merdeka, Indonesia menggunakannya sebagai tempat menyimpan beragam arsip sebelum kemudian ditinggalkan di tahun 1979. Kemudian lokasi ini sempat terbengkalai.

Banyak bagian yang rusak karena tidak ada yang menghuni hingga awal tahun 1990an. Sempat ada wacana untuk meratakan gedung dan mendirikan pusat perbelanjaan, namun rencana itu dicegah oleh sebuah yayasan Belanda bernama Stichting Cadeau Indonesia.

Yayasan tersebut secara sukarela berusaha mengumpulkan dana untuk pemugaran gedung. Yayasan ini melaksanakan renovasi yang selesai di tahun 1995 sehingga daku dan teman-teman lain masih bisa menjejak dan menyaksikannya sampai hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun