Desy mengajak Rahman Hanif (Arsiparis) untuk memberikan pengetahuan sejarah Gedung Arsip Nasional kepada kami para traveler pecinta sejarah.Â
Hanif menceritakan gedung ini dibangun pada sekitar Abad ke-18 oleh Reinier de Klerk untuk dijadikan rumah tinggal.
Reinier de Klerk merupakan seorang pedagang dan admiral angkatan laut yang kelak menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Ia mendirikan bangunan yang konsepnya merupakan vila mewah di luar tembok Kota Batavia.
Peletakan batu pertama berlangsung pada 1755 dan proses pembangunan selesai pada 1760.Â
Terdapat sebuah lonceng tertulis 1755 dan 3 meriam yang dibuat dan diletakkan didalam komplek Museum Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yang masih bisa kita lihat sampai saat ini. Lonceng ini diproduksi di Jatinegara.
Sepeninggal Reinier de Klerk (1780) dan istrinya (1785), bangunan berungkali berpindah tangan.
Seiring berjalannya waktu dan pemilik gedung ini kemudian mengalami beberapa kali perubahan fungsi. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda sempat menggunakannya sebagai kantor untuk urusan pertambangan pada 1925.
Setelah merdeka, Indonesia menggunakannya sebagai tempat menyimpan beragam arsip sebelum kemudian ditinggalkan di tahun 1979. Kemudian lokasi ini sempat terbengkalai.
Banyak bagian yang rusak karena tidak ada yang menghuni hingga awal tahun 1990an. Sempat ada wacana untuk meratakan gedung dan mendirikan pusat perbelanjaan, namun rencana itu dicegah oleh sebuah yayasan Belanda bernama Stichting Cadeau Indonesia.
Yayasan tersebut secara sukarela berusaha mengumpulkan dana untuk pemugaran gedung. Yayasan ini melaksanakan renovasi yang selesai di tahun 1995 sehingga daku dan teman-teman lain masih bisa menjejak dan menyaksikannya sampai hari ini.