Lanjut Tri, Masalah kesehatan ini tidak hanya di Indonesia saja, juga beberapa negara Asia lainnya. Kita punya bonus demografi yang baik tapi bila ada stunting akan mengurangi daya dukung, kemampuan dan kelebihan bonus demografi tersebut.
Tri melihat stunting penting, ternyata stunting tidak hanya menyangkut dari anak yang pendek tetapi perkembangan dari otak anak. Kita ingin generasi yang sehat dan generasi yang luar biasa di masa depan.
_
Strategi Kemenkes RI Menghadapi Stunting
Direktur Gizi masyarakat Kemenkes RI, Dr.Dhian P.Dipo.MA, tidak menampik data terbaru yang dikeluarkan oleh Balitbangkes lewat studi status gizi Indonesia , berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyebutkan, prevalensi stunting sebesar 24,4%.
Ini artinya satu dari empat anak di Indonesia mengalami stunting. Angka tersebut sudah menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Tapi, capaian angka ini tapi masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam RPJMN 2020-2024, yakni  14%.
Pemerintah dalam hal ini Kemenkes RI mengklaim terjadinya penurunan angka stunting dari 2019 ke 2021. Tapi banyak hal yang harus Pemerintah perhatikan agar angka stunting terus turun.
Target ini cukup ambesius karena penangan stunting tidak mudah. Butuh kolaborasi yang cukup kuat dari multi sektor karena stunting juga mencakup masalah multi dimensional.
" Stunting masih menjadi hal yang mesti dikerjakan dengan serius dan dilakukan secara bersama-sama. Bapak Presiden RI meminta di tahun 2024 angka Stunting  turun hingga 14 %. Kita harus kerjsama, kerja keras dan kerja nyata agar mencapai target yang tetapkan" jelas dr.Dhian
Secara umum, terdapat dua intervensi untuk menghadapi stunting yaitu ; intervensi sensitif dan intervensi spesifik. Namun di sisi lain, hal yang sangat penting yaitu edukasi terkait pemahaman stunting ke semua pihak.Â