Batavia merupakan nama yang disematkan untuk Jakarta di era kolonial penjajahan Belanda. Saat itu Belanda masih mencengkram nusantara, Batavia merupakan ibukota dari Hindia Belanda (sebutan untuk Indonesia saat itu).
Beberapa waktu yang lalu tersiar kabar bahwa kawasan Kota Tua Jakarta akan beralih nama menjadi Batavia. Pengembalian nama Batavia diusulkan oleh Gubenur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Pengubahan nama tersebut disampaikan Anies saat memberikan pidato dalam acara penandatanganan Pembentukan Joint Venture Kota Tua - Sunda Kelapa terkait revitalisasi kawasan tersebut, Rabu (28/4/2021).
Perubahan nama tersebut menjadi polemik di masyarakat, masih ada yg merasa cocok dengan sebutan Kota Tua.
Tetapi buat daku (saya) sih oke-oke saja karena kawasan kota tua lebih identik dengan sebutan Batavia di sejarah dunia. Bila mau dicari titik tengahnya daku menyarankan dengan nama Kota Tua Batavia.
Gara-gara heboh isu penggantian nama Batavia, daku pun tertarik dari postingan Instagram Klub Sejarah dan Museum (SEMU) Backapacker Jakarta @semu_bpj yang akan melaksanakan trip / perjalanan bertajuk Weekend Bersama Klub SEMU, minggu, 13 Juni 2021.
Tujuan perjalanan backpacker kali ini yaitu menjelajah Pasar Asemka, Masjid Langgar Tinggi Pekojan, Kedai Seni Djakarta dan berakhir di Museum Bank Mandiri.
Desi dan Widdy sekaligus menjadi tour guide kami yang ikut dalam trip kali ini. Jumlah yang ikut serta sebanyak 15 (lima belas) backpacker, baik itu member atau pun Non Member BPJ seperti daku.
Inilah satu kisah kami para backpacker menjelajah Kota Tua Batavia dan seribu ceritanya, monggo di scroll ;
_
1. Asemka Bercerita
Buat kamu-kamu yang hobby belanja barang-barang murah dan grosiran pasti tau deh Pasar Asemka. Pasar ini terletak di Jalan Pintu Kecil, Kelurahan Roa Malaka, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Desi sebagai tim leader saat sebelum menuju pasar Asemka bercerita bahwa pada abad ke 17-awal 18 M, di daerah ini terdapat pintu kecil (kleine port) untuk masuk Kota Batavia khusus bagi etnis Cina.
Sebelum Jalan jendral Sudirman dan MH Thamrin menjadi pusat kota Jakarta, dahulu kala masa Hindia Belanda kawasan Asemka dan Glodok sudah dikenal sebagai pusat perdagangan.
Kebijakan pemerintah kolonial Belanda memberikan hak istimewa kepada kalangan Cina untuk membangun pemukimannya dengan segala bentuk kebudayaannya.
Asemka pada masa lalu kemungkinan banyak ditumbuhi oleh pohon asam jawa (Tamarindus indica). Pada awal tahun 1920an hingga pasca kemerdekaan, daerah ini masih bernama Passer Pagi Straat atau Jalan Pasar Pagi (Vletter, Voskuil, & Diessen, 1997).
Kawasan Asemka dikenal sebagai pecinan nya Batavia. Dahulu kala ada alasan kenapa etnis China / Tiongkok diperkerjakan di Batavia, menurut Desi karena mereka ulet, pekerja keras dan memiliki kemampuan yang dibutuhkan oleh VOC.
_
2. Etnis China Kisahnya di Batavia
Desi menggambarkan bahwa sejak zaman VOC, pekerja asal China menjadi penggerak roda perekonomian. Gubernur Jendeal VOC Jan Pieterszoon Coen yang memulai kenapa Batavia mendatangi etnis China.
Coen pun menunjuk beberapa orang etnis China menjadi pejabat militer tanpa pasukan baik itu bertitel letnan ataupun Kapitan. Semenjak itu, Batavia memberikan kesempatan kepada etnis China berkembang di Batavia.
Namun terjadi perisitiwa kerusuhan Tionghoa pertengahan 1700-an yang dikenal dengan geger pecinan. Akhirnya VOC melakukan pembantaian kepada etnis China, mungkin kalau sekarang akan disebut genoisida.
Banyak etnis Tionghoa kemudian ditempatkan di luar tembok kota. Dahulu kala Batavia merupakan kota bertembok. Dinding tersebut mengelilingi Kota Batavia.
_
3. Playboy Batavia
Desi menambahkan cerita tentang seorang Playboy dari Etnis China yang kalau jaman sekarang tidak ada bandingannya. Playboy tersebut ialah Oei Tambah Sia. Oei Thoa tinggal di daerah Toko Tiga, Jakarta pada 1830an.
Oei dengan kekayaannya demi memuaskan nafsu bejat nya apakah itu gadis, janda, istri orang pun dia dekati. Bahkan dirinya berani menculik wanita-wanita yang ia sukai. Bisa dibilang Oei merupakan penjahat kelamin di zaman nya.
Akhirnya, Oei Tambah Sia si playboy kepeleset kasus hukum karena perempuan. Pemerintah Hindia Belanda menghukum gantung sang Playboy ini di depan Balai Kota, Taman Fatahillah. Hukuman mati itu dilihat oleh ratusan warga kota Betavia.
_
4. VOC Bangkrut Karena Korupsi
VOC atau Vereenigde Oostindische Compagnie adalah persekutuan dagang Hindia Belanda yang dibentuk tanggal 20 Maret 1602 dan resmi dibubarkan pada 31 Desember 1799.
Tim leader trip ini, Desi, bercerita bahwa dahulu VOC merupakan perusahaan yang besar bahkan lebih besar dari Microsoft + Apple. VOC tumbang karena korupsi dan pengeluaran yang besar (Besar pasak daripada tiang).
Perdagangan pribadi atau perdagangan gelap merupakan salah satu bentuk korupsi pejabat VOC. Korupsi sebagai penyebab keruntuhan membuat VOC dipelesetkan menjadi Vergaan Onder Corruptie (Runtuh Lantaran Korupsi).
_
5. Masjid Langgar Tinggi
Masjid Langgar Tinggi terletak di daerah Pekojan, Jakarta Barat. Langgar merupakan masjid yang berukuran kecil. Di luar hal tersebut, Langgar Tinggi merupakan salah satu bangunan ibadah yang usianya tua di wilayah Jakarta, dan sampai saat ini masih difungsikan sebagai rumah ibadah.
Pekojan, kampung tempat langgar ini berada, berasal dari kata “Koja” atau Muslimin asal India, terutama orang Bangli atau Bengali. Koja adalah orang-orang Moor.
Kawasan ini merupakan kampung Arab pertama di Batavia. Terdapat sejumlah syekh dan sayid di kalangan etnis Arab yang ditunjuk sebagai Kapiten, karena orang Indonesia sangat menghargai mereka sebagai pemuka agama di Batavia.
_
6. Museum Bank Mandiri
Sudah sekitar 4 atau 5 tahun daku tidak mengunjungi Museum Bank Mandiri., terakhir kali bersama Backpacker Jakarta. Ternyata sudah terjadi perubahan yang signifikan.
Saat terakhir mengunjungi museum ini terasa seperti masuk ke lorong waktu. Selain itu Museum Mandiri 5 tahun yang lalu terasa angker. Buat daku yang keturunan dalang terasa aura mistis dan banyak mahluk astral.
_
7. Trip SEMU BPJ itu Nambah Ilmu dan Nambah Teman
Perjalanan kali ini sama seperti perjalanan sebelumnya bersama Backpacker Jakarta yaitu ngobrol, ngebanyol dan nambah ilmu. Kenapa saya memilih mengikuti trip SEMU BPJ ya karena hal-hal tersebut.
Kalau trip melihat keindahan alam itu biasa. Tapi kalau trip bisa nambah pengetahuan itu luar biasa. Apalagi kalau tambah teman itu bahagia, ingat manusia itu mahluk sosial.
Tapi, kebiasaan orang Indonesia itu masih aja ada kalau lagi ngetrip bareng, ada aja yang pakai jam karet. Karena daku tau itu akan terjadi, maka diri ku pun mengaretkan diri dengan jalan-jalan keliling pasar deprok samping Museum Bank Mandiri....xi...xi...
_
8. Halte Transjakarta Stasiun Kota Yang Perlu Pemugaran
Bisa dibilang daku mengikuti trip Kota Tua bagaikan menjalani dua kali trip yaitu trip dari Gunung Puteri ke Stasiun Kota, dan Trip Weekend Bersama SEMU. Trip pertama membuat daku menikmati layanan Transjakarta.
Dari Gunung Puteri pukul 06.15 WIB menuju Terminal Kampung Rambutan menggunakan kendaraan umum. Lalu daku melanjutkan menggunakan layanan Transjakarta dari Shelter Transjakarta Kampung Rambutan - BKN - Kampung Melayu - Stasiun Kota.
Pada saat tiba di shelter akhir Stasiun Kota membuat daku terkaget, begini toooo penampilan Shelter utama Transportasi publik Transjakarta ! bisa daku bilang kurang apik (bahasa halus nya).
Gubenur DKI Jakarta, memiliki wacana merubah nama Kota Tua menjadi Batavia dan melakukan restorasi kawasan tersebut tentunya demi kepentingan pariwisata.
Sampah, ada beberapa titik bangunan yang rusak, usang perlu di cat ulang dan design sudah ketinggalan zaman. Saatnya halte Transjakarta Stasiun Kota dilakukan pemugaran agar tidak malu-malu-in dilihat wisatawan asing. Katanya shelter utama ? kok gitu !!!
_
9. Kawasan Kota Tua Batavia Menjalankan Protokol Kesehatan.
Heran, itu yang bisa daku bilang di trip menjelajah Kota Tua Batavia kali ini. Seeepppiiiii sekali itu yang daku rasakan. Bagaikan merasakan perubahan 180 derajat dibandingkan terakhir kali. Sekitar 3 tahun lalu daku mengunjungi kawasan ini, saat mengajak sepupu berkunjung ke Museum Bank Indonesia.
Pandemi Covid-19 membuat kawasan ini hening saat daku tiba pukul 08.30 WIB. Minim sekali kendaraan yang hilir mudik kecuali bus Transjakarta dan para pesepeda.
Pada saat daku dan kawan-kawan selesai menikmati makanan di kedai seni Djakarta sempat diluar kedai berkerumun 4 orang, lalu seseorang petugas langsung menegur dan meminta untuk segera meninggalkan lokasi kedai seni Djakarta .... saluutt.....
_
Trip kali ini memang satu kisah tapi seribu cerita (khiasannya). Bisa dibilang trip yang dirindukan, karena trip kali ini ada insight dalam perjalannya, salah-satunya membantu dua orang bocah yang mengambil layangan yang nyangkut di pohon.
Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Instagram I Twitter I Email: mastiyan@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H