Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sri Sultan Hamengku Buwono X Ternyata Tidak Ingin Hidup Mulyo, Kenapa?

22 April 2021   11:47 Diperbarui: 22 April 2021   22:13 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, kamu harus berjanji, jangan melanggar aturan negara.

Ketiga, kamu berjanji bisa lebih berani menyatakan yang benar itu benar, yang salah itu salah. Sri Sultan HB IX menceritakan bahwa dirinya mengalami kepemimpinan 2 (dua) Presiden RI yaitu Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. 

Pada saat itu, Sri Sultan HB IX jika berbeda pendapat lebih memilih diam. Diamnya Sri Sultan HB IX karena tidak ingin rakyat Indonesia itu hancur. Tapi dirinya merasa keliru, karena diamnya Sri Sultan HB IX membuat dirinya masih melihat masyarakat bodoh dan miskin.

Keempat, kamu berjanji untuk tidak berambisi apapun kecuali hanya demi mensejahterahkan rakyat.

Setelah meminta janji dari Sri Sultan HB X, terucap dari mulut Sri Sultan HB IX "kalau 4 hal itu kamu jaga untuk meraih mukti, kamu tidak perlu mencari saya karena saya akan disamping kamu". 

Sri sultan HB X pun menyanggupi janjinya kepada Bapaknya, karenanya beliau sampai mati akan tunduk kepada 4 (empat) janji tersebut. Janjinya ini yang menjadi pengawas Ngarso Dalem dalam mengabdi dan memimpin Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bila menyimak dari apa yang disampaikan oleh Sri Sultan HB X sepertinya Mukti menunjuk kepada hidup untuk mengabdi sehingga bisa berguna bagi orang lain. 

Adapun Mulyo menunjuk pada kekayaan atau derajat. Bila kita melihat / menonton / mendengar seorang Raja / Ratu / Pangeran diberbagai belahan dunia dipanggil dengan sebutan Yang Mulia. 

Dapat diartikan orang Mulyo yang berdasarkan pandangan Sri Sultan HB X, berarti orang yang hidupnya mengejar kekayaan atau derajat. Itu kenapa Kesultanan Yogyakarta untuk Sultan di panggil dengan sebutan Ngarso Dalem (Didepan Raja) bukan Yang Mulia.

Mungkin gambaran Mulyo ini tepat untuk menunjuk kepada hedonisme dalam pengertian Jawa. Sebuah paham yang mengagungkan tujuan atau kepuasan pribadi memperoleh kekayaan. Hidup Mulyo ini akan mendapatkan tantangan duniawi 'Tahta-Harta dan Wanita'. 

Tetapi hidup Mulyo juga bukan berarti tidak peduli kepada orang lain. Mungkin saat ini bila dihubungkan dengan gaya hidup modern ialah orang yang mengejar karir / usaha yang berujung pada kepemilikan harta benda dan jabatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun