Anak-anak dan pemuda Pulau Pramuka yang berjumlah 60 orang diajak oleh Mahariah mensukseskan gerakan ini. Dirinya membuat kegiatan setiap hari minggu dimana anak-anak diajak untuk membersihkan pantai, memilah-milah sampah, lalu hasilnya dikirimkan ke rumah daur ulang.
Ada momen dimana Mahariah dan komunitasnya sedang angkut-angkut sampah dari laut, ternyata seorang wanita warga Pulau Pramuka buang sampah sembarangan ke laut.
Sejak itu Mahariah berfikir bahwa  tumpukan sampah akan selalu ada, karena masalahnya juga berasal dari orang pulau nya sendiri.
Lalu dirinya berniat untuk membuat gerakan membersihkan sampah dari laut dan bagaimana pulau bersih dari sampah dan daur ulang sampah mempunyai nilai ekonomi, sehingga warga berfikir panjang bila ingin membuang sampah ke laut. Kali ini yang disasar ialah para ibu-ibu Pulau Pramuka.
Akhirnya lahirlah gerakan 'Pulauku Nol Sampah' di Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Rumah Hijau merupakan bagian dari gerakan Pulauku Nol Sampah.
Dahulu sebelum gerakan ini ada, banyak warga yang berfikir sampah yang mereka buang akan dikirim ke negara antah berantah. Tapi, ternyata sampah yang mereka buang ke laut kembali ke Pulau Pramuka.
Jika hasil dari sebagian ibu rumah tangga yang berkumpul hanya menghabiskan waktu dengan sia-sia. Beda dengan ibu-ibu yang terlibat dalam gerakan Rumah Hijau dapat menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat.
Ada Pekerjaan Rumah bagi Mahariah, wisatawan yang datang masih banyak yang berfikir bahwa ke Kepulauan Seribu tidak menyediakan apa-apa termasuk makanan. Sehingga mereka datang ke Kepulau Seribu membawa makanan yang berbungkus plastik, tentunya ini akan menambah jumlah sampah plastik di Pulau Pramuka.
TPS di Pulau Pramuka belum ada sistem pengelolaannya baik dari alat dan prosedur. Mahariah dan komunitasnya bermimpi memiliki alat pengolahan sampah supaya bisa dikelola di Pulau Pramuka, misal ; mesin pencecah, dan komposter.
Eco Ranger, Komunitas Pencari Sampah di Lautan