Uria memberikan informasi bahwa masyarakat Kampung Naga merupakan masyarakat yang masih menggunakan peralatan ataupun perlengkapan hidup yang tradisonal, kebutuhan hidup diusahakan tersedia di alam. Kami bersinergi dengan alam disekitar kita termasuk dari hutan adat / desa namun tidak berlebihan.
Tambahnya, seperti untuk memasak, warga Kampung Naga masih menggunakan tungku dengan bahan bakar menggunakan kayu bakar dan untuk membajak sawah menggunakan cangkul kayu. Itu semua berasal dari alam kampung naga dan hutan adat.
Hal lainnya, masayarakat Kampung Naga tidak menggunakan peralatan modern, mereka pun tidak memasang instalasi listrik di rumah. Maksud dari para tetua adat tidak ada nya listrik agar warga Kampung Naga tetap harmonis dan dapat dikontrol.
Adanya listrik ditakutkan memancing rasa iri dan kesenjangan sosial. Aturan ini yang membuat kampung ini unik dan berbeda dengan desa disekitarnya. Tidak salah jika Kampung Naga yang seluas 1,5 hektar ini menjadi salah satu warisan budaya Bangsa dan Pesona Indonesia yang patut dilestarikan.
Hamparan sawah pun kami lewati, ketika saya menoleh kesebelah kanan, terlihat mengalir sungai dengan airnya yang jernih dan dipenuhi oleh batu gunung dengan disisinya terlihat bentang alam yang merupakan hutan desa yang secara alami sebagai pembatas Kampung Naga.Â
Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh sungai Ciwulan yang bermata air dari Gunung Cikuray.Â
_
Warga Kampung Naga Adopsi Hutan Demi Mematuhi Pesan Leluhur
Kampung Naga adopsi dua hutan, yaitu hutan keramat dan hutan larangan. Hutan keramat merupakan hutan yang bila masuk ke dalamnya harus melalui ijin ketua kampung. Di dalamnya ada banyak terdapat kuburan leluhur Kampung Naga.