Di titik terakhir anak tangga kami para travellers dihadapkan dengan pemandangan hamparan sawah dengan padi-padi yang hijau royo-royo. Bila dilihat dari kejauhan pun sudah terlihat bahwa Kampung Naga merupakan kampung yang masih lestari dengan hutan berada disekitarnya.
Saya masih ingat dan catatannya masih saya simpan, pria muda itu pun memperkenalkan dirinya "Nama saya Uria, saya yang akan memandu teman-teman Backpacker Jakarta ke Kampung Naga" Uria memperkenalkan diri.
Uria memberikan penjelasan tentang kenapa dinamakan Kampung Naga "Kampung Naga sangat berbeda dengan namanya, dan jangan dihubungkan tentang hal-hal yang berbau naga, karena tak satupun naga yang pernah berada di sana. Nama Kampung Naga berasal singkatan kata dari Kampung diNa Gawir ( bahasa sunda ) yang artinya kampung yang berada di lembah yang subur. Yang kemudian disingkat menjadi Kampung Naga" ucapnya.Â
Lanjutnya disini penduduknya kebanyakan beragama Islam. Tetapi bagaimana kampung adat lainnya mereka sangat taat memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya. Ketidaktauan asal-usul ini istilahnya pareum obor atau matinya penerangan sehingga membuat ketidaktauan warga nya sendiri mengenai asal-usul Kampung ini.
Pria muda ini menyampaikan bahwa tetua adat memberi pesan bahwa sejarah asal-asul Kampung Naga tidak begitu penting yang terpenting ialah tradisi atau apa yang dilakukan oleh leluhur itu harus dijaga dan harus terus dilakukan. Untuk menjaga eksistensi atau keberadaan Kampung Naga itu harus menjaga kearifan lokalnya.
Salah-satu kearifan lokal, warga Kampung Naga  adopsi hutan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari dan keseimbangan alam. Masyarakat yang tinggal di Kampung Naga jaga hutan secara turun-temurun.
_
Kampung Naga Hidup Tentram Dengan Adopsi Hutan Menghindari Peralatan Modern