Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Berburu Ayam Goreng Serundeng yang Terkenal Enak di Pasar Baru

16 Februari 2020   22:28 Diperbarui: 17 Februari 2020   17:45 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : tekstur daging Ayam Goreng Surendeng begitu lembut dan terasa gurih I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi

Apabila warga Jabodetabek ditanya siapa yang sudah pernah makan ayam goreng? Sepertinya hampir semua orang mengatakan sudah pernah. Daku pun yakin anak balita yang sudah mampu berbicara pun akan menjawab sudah pernah.

Tapi, bagaimana bila ditanya apakah pernah makan ayam goreng serundeng? Bisa jadi yang menjawab pernah tidak sebanyak yang pernah makan ayam goreng. 

Bisa jadi ada juga yang galau menjawab dan bingung seperti apa ayam goreng serundeng, jangan-jangan sudah pernah mencoba tapi tidak tahu itu ayam goreng serundeng.

Itu yang daku dapatkan dalam diri ketika komunitas Kompasianers Penggila Kuliner (KPK) memberikan pengumuman akan mengadakan KPK Ngobras Cicit Cuit Ayam Serundeng yang diadakan pada Sabtu, 15 Februari 2020 bertempat di Pasar Baru jakarta.

Banyak orang datang ke kawasan Pasar Baru Jakarta Pusat untuk beli sepatu, baju sisa ekspor atau alat rumah tangga. 

Lokasi ini juga begitu melegenda tempat menjajakkan uang kuno dan servis kamera. Tapi jangan salah, kawasan ini juga bisa dijadikan destinasi untuk berburu makanan enak.

Jujur, daku sebelum KPK Ngobras tidak tahu ayam goreng serundeng seperti apa rasanya. Itu kenapa daku mendaftarkan diri ikutan Cicit Cuit Ayam Serundeng bareng 10 orang teman-teman KPK. 

Mencari target tujuan icip-icip atau "warung" tempat ayam goreng serundeng ini dijajakan terbilang agak sulit menemukannya. Posisinya ngumpet di belakang para pedagang kaki lima di kawasan Pasar Baru.

Deskripsi : Berada diemperan bukan berarti tidak lezat, Ayam Goreng Serundeng Pasar Baroe Maknyus I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi
Deskripsi : Berada diemperan bukan berarti tidak lezat, Ayam Goreng Serundeng Pasar Baroe Maknyus I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi
Lokasinya berada seberang gedung Harco Pasar Baru, Jakarta Pusat. Persisnya ayam goreng serundeng ini dijajakan di emperan toko kacamata Java Optik dengan gaya lawas. Bahkan saat kami berada disana, terlihat pemilik optik mengintip dari kaca.

Kalian jangan bayangkan kedai beratap dengan kursi dan meja makan nyaman atau warung makan sepeti warteg. Meja kecil jadi penopang tampah berisi ayam goreng dan aneka sate. 

Penjualnya juga hanya duduk lesehan di lantai tangga toko. Tempat makannya jika gerimis pun bubar. Tapi jualannya tetap, tidak jauh-jauh pindahnya cuma geser sedikit ke koridor depan optik.

Sang penjual menyediakan beberapa kursi kecil untuk para pembelinya. Ketika kami datang terlihat beberapa pengunjung tak segan duduk di anak tangga.

Deskripsi : Penjual Ayam Goreng Serundeng Pasar Baroe merupakan dua sejoli dimana sang suami bernama Pranata sedangkan sang istri bernama Kusnia I Sumber Foto : dokpri
Deskripsi : Penjual Ayam Goreng Serundeng Pasar Baroe merupakan dua sejoli dimana sang suami bernama Pranata sedangkan sang istri bernama Kusnia I Sumber Foto : dokpri
Penjual dari kuliner ayam goreng surendeng ini merupakan pasangan suami istri (pasutri). Sang suami bernama Pranata sedangkan sang istri bernama Kusnia.

Keduanya memiliki peran masing-masing, dimana Bapak Pranata yang belanja dan sebagai kasir sedangkan Ibu Kusnia yang memasak dan melayani.

Ibu Kusnia memasak sendiri ayam goreng serundeng, karena merasa khawatir bila orang lain yang memasak bisa membuat cita rasa berbeda. 

Ketika ditanya apa rahasia kulinernya? Ia terlihat enggan menjawab hanya mengatakan bahwa ini merupakan ayam goreng pada umumnya yang ditaburi oleh serundeng.

Sajian andalan pasutri ini nasi putih berbungkus daun pisang dan ayam goreng yang bisa dipesan sesuai selera. Simpel memang tapi tampaknya rasa ayam goreng serundeng ini begitu menggoda selera. 

Tampilan dan jenis makanannya terlihat sederhana tapi entah kenapa ada aura tertentu dari kumpulan daging ayam dan tumpukan sate berbagai macam ini. Apakah mitos yang mengatakan kuliner yang melegenda itu enaknya makan dilokasinya tidak dibawa pulang ke rumah?

Untuk menghapus rasa penasaran pun daku menunggu sambil melongo kapan giliran ditanya oleh ibu. Ketika giliran daku tiba, langsung memesan potongan daging ayam dan 2 tusuk sate kulit.

Dalam pikiran daku ayam goreng serundeng pastinya punya sensasi lebih dari sekadar ayam goreng biasa. Otak ini berimajinasi taburan serundeng yang terbuat dari parutan kelapa akan membuat rasa ayam goreng lebih gurih, krinyis-krinyis, dan makyus tentunya.

Seketika jari jemari ini bergerak menyuir potongan daging dada ayam goreng. Di atas potongan daging ayam goreng tertabur serundeng yang berwarna coklat gelap. Kuliner ini begitu terlihat eksotik dalam pandangan.

Ternyata benar imajinasiku, daging ayamnya empuk dan krinyis-krinyis gurihnya. Ternyata bikin ketagihan, yang membedakan ayam goreng pada umumnya yaitu ayam gorengnya seperti digoreng ala rumahan bukan ala fried chicken. 

Deskripsi : tekstur daging Ayam Goreng Surendeng begitu lembut dan terasa gurih I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi
Deskripsi : tekstur daging Ayam Goreng Surendeng begitu lembut dan terasa gurih I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi
Tekstur daging dan keempukkan ayam goreng serundeng ala rumahan ini begitu khas. Ayam gorengnya terasa gurih dan bertekstur empuk. Dimakan bareng serundeng kelapa bikin rasanya makin gurih. Krenyes-krenyes enak! 

Aroma kemiri dari serundang timbul ketika melewati tenggorokan. Ditambah aroma harum daun pisang, parutan kelapa berbmbu ini membuat jari jemari dijilati. 

Apalagi Ibu Kusnia juga melengkapi sajian ini dengan sambal goreng yang pedasnya nendang. Jangan lupa juga menyantap dengan sate jeroannya. Tak ada aroma amis dari sate-sate ini, yang ada aroma harum gurih yang bikin pengen nambah...nambah ...nambah....

Ayam goreng gurih bertabur serundeng paling enak sebetulnya dimakan dengan nasi hangat. Ditambah sambal dan sate kulit makin mantap! Kelezatan hidangannya boleh diadu dengan ayam goreng di resto.

Tapi entah kenapa daku tidak memesan nasi. Akhirnya terasa ada yang kurang saat menikmati kuliner ini. 

Setelah sampai rumah membuat daku menyesal kenapa tidak makan ayam goreng serundeng dilengkapi nasi. Kekuatan dari cita rasa sambel yang menjadi ciri khas kurang mengena karena tidak menggunakan nasi.

Sambil menemani kami makan, Bapak Pranata dan Ibu Kusnia sedikit berkisah. Ia sudah berjualan ayam goreng serundeng ini sejak 2002. Awalnya mereka berdua berjualan berkeliling, lalu 3 tahun kemudian memutuskan menetap di kawasan Pasar Baru ini.

Dua sejoli ini berjualan dari sore jam 16.00 sampai pukul 20.00 WIB. Mereka memang tidak berjualan dari siang alasannya sepi, untuk menjajakan kuliner ramainya sore hari. Dalam sehari pun mereka menyediakan hanya sebanyak 10 ekor ayam, tidak lebih. 

Ibu Kusnia berucap kami berjualan secukupnya tidak mau banyak-banyak. Ia sambil tersenyum berkata awalnya iseng daripada tidak melakukan apa-apa di rumah. Bapak Pranata dan Ibu Kusnia berdomisili di Pasar Ular, Tanjung Priuk, Jakarta Utara.

Ketika Ibu Kusnia ditanya kenapa lebih memilih Pasar Baru dibandingkan didekat lokasi rumah, ia hanya berucap merasa lokasi pasar baru merupakan lokasi yang cocok kami berjualan ayam goreng serundeng ini.

Pelanggan dari ayam goreng serundeng ini dari berbagai tempat, bahkan Ibu Kusnia mengungkapkan ada pelanggan dari Banjarmasin. 

Mereka datang langsung mencicipi ayam goreng serundeng ke lokasi berjualan di Pasar Baru, tidak mau dikirim. Bahkan ada elite politik yang menjadi langganan setia.

Kurang lebih selama 40 menit kami makan di sana, pembeli lainnya sudah menunggu. Kalangan anak muda hingga orang tua mampir untuk makan di tempat maupun dibungkus.

Daku yakin karena rasanya yang enak membuat banyak pembelinya ketagihan dan kembali lagi membeli diwaktu yang lain. 

Salah-satu hal yang membuat kuliner ini ngagenin yakni sikap kedua sejoli dalam berkomunikasi dengan pembeli. Sesekali Ibu Kusnia ngobrol dengan pembelinya seolah sudah akrab dan jadi langganan. 

Ayam goreng serundengnya Rp 15.000, seporsi nasi hanya Rp 5.000 saja, dan aneka sate harganya mulai Rp 3.000 hingga Rp 8.000. Penasaran dengan cita rasanya?

Kunjungi warung Ibu Pranata yang berjualan setiap hari mulai pukul 16.00-20.00 WIB di kawasan Pasar Baru.

----------------------------------------

Deskripsi : Makan itu enaknya sambil ngumpul I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi
Deskripsi : Makan itu enaknya sambil ngumpul I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi
We Eat We Write|KPK Kompasiana
We Eat We Write|KPK Kompasiana
Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto

Instagram I Twitter I web I Email : mastiyan@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun