Nama Elang Hitam pada drone atau PUNA MALE ini diberikan oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro.
Spesifikasi drone ini serupa dengan milik drone CH-4 (China), Anka (Turki) dan Patroller (Safran-Perancis). Bila Pesawat tanpa awak ini diproduksi massal dengan spesifikasi militer dapat digunakan sebagai patroli udara untuk menutupi ruang udara dari sisi keamanan dan pertahanan. Patroli udara di ZEE Natuna Utara dapat menggunakan drone Elang Hitam ini.
Bila melihat dari spesifikasi dari drone militer Elang Hitam (DI SINI), besi terbang ini akan menggunakan mesin Rotax dari Austria, memiliki flight control system (FCS) asal Spanyol, dan dilengkapi persenjataan rudal. Elang Hitam mampu auto take off auto landing, radar SAR, inertial navigation system, dan electro-optic targeting system.
Tidak main-main Elang Hitam dilengkapi Syntetic Aperture Radar (SAR), Camera 24 Megapixel dengan lensa E-Mount 20 mm. Hasil dari pantauan Kamera internal mampu membuat gambar objek dua atau tiga demensi.Â
Selain itu penguasa udara ini mampu mendeteksi kondisi awan, cuaca, dan keberadaan air dikedalaman 30 cm dibawah permukaan tanah. Dari sisi spesifikasi militer, Elang Hitam dapat mendukung kegiatan intelijen, pengawasan, pengintaian, dan penargetan. Salah-satu aplikasi yang diharapkan dari Elang Hitam / PUNA MALE adalah untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
Pesawat nirawak ini ditenagai mesin 4 stroke engine, 2 bilah baling-baling dengan power 110-150 horse power. Selain itu sang elang memiliki radius line of sight (LOS) sejauh 250 km, mampu terbang hingga 23 ribu kaki (7.200 meter) dan dapat mengangkasa selama 30 jam. Kecepatan maksimal bagaikan kereta cepat dengan speed 235 km per jam.
Elang hitam memiliki bentang sayap 16 meter, panjang 8,3 meter dengan tinggi 2,6 meter. Berat lepas landas maksimum 1.115 kg, berat kosong 575 kg, kapasitas muatan maksimum 300 kg dan kapasitas bahan bakar 420 kg. Untuk lepas landas Elang Hitam butuh panjang run way 700 meter.
Prototipe pertama Elang Hitam masih dalam development, lalu kedua pada 2020 untuk kepentingan sertifikasi, prototipe ketiga uji struktur pada 2021, dan prototipe ke-empat pada 2022 untuk kombatan. Pada prototipe kombatan, maka drone Male bisa membawa senjata antara lain rudal, bom dan lainnya yang dirancang maksimal berbobot 300 kg.
Indonesia membutuhkan drone untuk menjaga kedaulatan negara melalui pantauan udara. Drone ini diharapkan dapat melakukan pengawasan dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik di wilayah darat maupun laut melalui pantauan udara.Â
Sebagai negara dengan panjang pantai yang luas, perlunya mengantisipasi ancaman yang terjadi di daerah perbatasan, serta kasus lain seperti terorisme, penyelundupan, pembajakan, hingga pencurian sumber daya alam di antaranya pembalakan liar dan pencurian ikan.
Oleh karena itu, berdasarkan kajian awal BPPT, dibutuhkan sebanyak 33 unit drone yang akan ditempatkan di 11 pangkalan, atau tiga unit per pangkalan (operasional, stand by, dan perawatan).