Psikolog klinis ini menuturkan ada beberapa hal yang mendorong orang melakukan bunuh diri, antara lain lonely (kesepian), merasa tidak dibutuhkan/tidak berguna, lelah dengan kehidupan yang dihadapi, putus asa, merasa tidak ada yang mendukung / peduli, merasa dijauhi teman / kerabat dan perasaan tertekan.
Sebagai anggota keluarga kita patut waspada karena bunuh diri dapat menular melalui contoh-contoh semisal harakiri dianggap sebuah kehormatan harga diri, ada artis terkenal melakukan bunuh diri, terlalu sering berita bunuh diri dimunculkan dilingkungan sekitar rumah.
Kita dapat berbuat menurut Ibu Gamayanti yaitu melalui dukungan sosial. Bila anggota keluarga yang mengalami permasalahan tunjukan empati, ajaklah bicara, bantu selesaikan masalah dan bawalah ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan bantuan professional.
Tidak hanya itu saja kita dapat berinteraksi secara lebih positif, ajak terlibat di kegiatan-kegiatan positif yang menyenangkan, cek interaksi di media sosial apa yang dilihat oleh keluarga kita, coba kenali teman-temannya, bila memang sudah terindikasi dapat melakukan tindakan bunuh diri sembunyikan alat-lat bunuh diri.
Dukungan Komunitas Membantu Pencegahan Bunuh Diri
Narasumber lainnya ialah Novy Yuliyanti, M.PSI dari komunitas MotherHope Indonesia. Dirinya menceritakan pengalaman yang pernah mengalami depresi dan percobaan bunuh diri.
Pada tahun 2013 s/d 2015 ia mengalami masa-masa depresi. Ia melahirkan secara cesar tapi dirinya mengharapkan lahir secara normal. Menjelang operasi cesar penerimaan diri nya kurang karena merasa dirinya bisa lahir normal.
Pada masa-masa depresi ia merasa sakitnya operasi cesar tidak sebanding dengan depresi yang kita alami. Dirinya mengalami rasa bersalah karena ASI tidak keluar. Depresi makin menguat ketika orang dissekitar menanyakan bagaimana kualitas ASI nya.
Depresi yang ia alami membuat kehilangan minat untuk mengurus bayi. Bahkan ketika anaknya umur setahun sampai dengan dua tahun, dirinya tidak berani keluar dengan bayi. Bila dirinya keluar rumah ingin rasanya melempar/membuang bayi. Dirinya baru jatuh cinta dengan anaknya saat umur bayi 2,5 tahun.
Cemas dan merasa bersalah membuat dirinya menyembunyikan masalah ini. Stigma yang dia hadapi juga merupakan masalah tersendiri. Apalagi dirinya lulusan Psikolog menambah beban mental dan membuat nya depresi.
Adapun gejala depresi pasca persalinan yaitu merasakan kesedihan mendalam, penurunan ketertarikan atau kesenangan dalam beraktivitas, gangguan nafsu makan, diikuti berkurangnya berat badan, gangguan tidur; penurunan energi, merasa tidak berguna sebagai ibu, penurunan konsentrasi dan Keinginan bunuh diri.