Ketika anak-anak nanti tumbuh jadi ABG, dan pada suatu saat melihat kios ada logo perusahaan rokok, maka merek pertama kali yang terbersit dan mereka beli adalah merek yang selama ini membombardir mereka baik lewat, logo, font, warna, merek, dan promosi baiknya. Audisi badminton yang mewajibkan anak peserta audisi menggunakan kaos dengan text, font, merek, dan warna akan menempel pada memory mereka.
"Sesuatu yang mereka lihat pada sebuah kenangan yang menyenangkan/membanggakan, itu akan masuk ke dalam otak, tinggal menunggu waktunya saja kapan itu terpencet dan kemudian teraktivasi, sehingga perilaku membelinya terjadi," ungkap Liza.
Ia pun mempertanyakan kebijakan produsen rokok, apabila audisi badminton ini murni untuk beasiswa, kenapa tidak dibuat tanpa brand produk rokok ? ... Kenapa harus ada text, warna dan logo yang mencerminkan produk rokok.
Apa yang disampaikan Liza menurut daku merupakan pembentukan brand image yang memiliki kaitan yang erat dengan persepsi yang ada terhadap brand tersebut. Proses pembentukan disebut dengan positioning. Saat perbedaan dan keunggulan suatu brand dihadapkan dengan brand lainnya, maka muncul istilah brand positioning.
Agar posisi suatu brand menjadi kuat, tentu harus dikenal terlebih dahulu dengan cara menempatkan brand dalam pikiran konsumen. Keberadaan brand dalam pikiran terbatas pada pengenalan brand. Pada tingkatan paling rendah, di mana hanya sekedar mengetahui keberadaan brand, konsumen belum dapat membentuk persepsi mengenai brand tersebut.
"Proses asosiasi merupakan bentuk pengorganisasian stimulus guna membentuk persepsi." -- Simamora
Persepsi inilah yang pada akhirnya akan membentuk suatu citra tertentu terhadap suatu brand.
Pada awal acara ini turut hadir ketua Yayasan Lentera Anak (YLA), Lisda Sundari. Ia mengungkapkan, sejak tahun 2006, salah satu perusahaan rokok telah melakukan eksploitasi anak berkedok audisi bagi anak-anak untuk mendapatkan pelatihan bulu tangkis oleh perusahaan rokok ini.
Lisda beranggapan dengan mewajibkankan anak-anak yang mengikuti audisi menggunakan kaos dengan nama brand rokok merupakan iklan berjalan. Kaos itu menggunakan tubuh anak untuk mempromosikan nama produk rokok sebagai brand image.
Mulanya audisi ini hanya digelar di Kudus, Jawa Tengah. Namun hingga kini, menurut YLA, audisi ini sudah melebar hingga ke 10 kota. Awalnya, peserta mulai dari 15 tahun, kini mereka juga menyasar anak berusia mulai 6 tahun hingga 15 tahun.