Helikopter serbu Apache milik Indonesia merupakan yang terbaik di kawasan. Saat ini di Asia Tenggara yang menggunakan Apache baru Indonesia dan Singapura. Pengguna pertama Apache di Asia Tenggara memang Singapura, Negara Singa tersebut telah mengoperasikan 20 unit AH-64D Apache Longbow sejak tahun 2006, yang dikirim dalam dua gelombang pada tahun 1999 dan 2001.
Namun dalam spesifikasi, jika merujuk dari serinya (AH-64E) maka Apache milik Indonesia punya kemampuan lebih dibanding Apache milik Singapura. Sebagai pengguna Apache, Indonesia mempunyai seri helikopter yang lebih baru dibanding kepunyaan Singapura. Walaupun unit Apache yang dibeli hanya delapan unit, Apache milik Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad) TNI-AD adalah AH-64E Apache Guardian yang merupakan versi teknologi terbaru.
Sejatinya AH-64E adalah seri AH-64D yang telah di upgrade yang dikenal sebagai seri AH-64D Apache Longbow Block III. AH-64E Apache Guardian ini terbilang baru karena dirilis perdana pada tahun 2012. Setahun kemudian 2013 Indonesia menjajaki untuk membeli versi terbaru dari Apache ini dan kemudian mulai menerima lengkap 8 (delapan) unit di tahun 2017 dan 2018.
Ketangguhan Helikopter Serbu Apache
Helikopter yang canggih dan memiliki fitur-fitur terkini ternyata berbanding lurus dengan harganya. Helikopter Apache 64E Guardian untuk satu unit heli dibandrol dengan harga 41 juta dollar AS atau sekitar Rp 576,2 miliar. Setengah trilyun untuk satu buah hikopter serbu. Kehadiran Helikopter Apache AH-64E Guardian merupakan bagian dari program modernisasi Alutsista TNI sesuai Rencana Strategis Pertahanan Negara dan program Minimum Essential Force (MEF).
Apache seri terbaru diberi panggilan "Guardian" dikarenakan Apache mendepankan peran sebagai pelindung bagi nyawa pasukan darat di dalam pertempuran. Pemberian nickname “Guardian” diusulkan oleh Gina Gill, logistics management specialist di Army Aviation and Missile Command Logistics Center, Redstone Arsena.
Sebagai versi terbaru dari Apache pastinya mendapatkan teknologi terbaru. Apache AH64-E Guardian mengadopsi mesin baru, yakni menggunakan sepasang mesin T700-GE-701D dari General Electric. Mesin baru ini punya kekuatan lebih besar dari mesin AH-64D, yakni 1.994 shp (1.487 kW). Transmisi mesin pun diubah menjadi coupe dengan tenaga ekstra.
Dengan perbaikan teknologi ini bedampak pada kecepatan maksimum AH-64E bisa mencapai 300 km per jam. Untuk versi sebelumnya AH-64D kecepatan maskimumnya 293 km per jam. Meningkatnya kecepatan pada AH-64E tidak hanya karena mesin dan transmisi juga berkat penggunaan material komposit baru pada pada baling-baling. Dengan kecepatan 300 km per jam maka kecepatan Apache menyamai Kereta Cepat.
Tidak hanya memperbaiki dari sisi kecepatan dan material, Boeing juga melakukan perbaikan pada elemen landing gear. Di AH-64E Guardian, Boeing telah menyematkan sistem datalink MUM-TX lansiran L-3 Communications. Penggunaan datalink ini memungkinkan awak Apache dapat sekaligus mengendalikan drone (UAV) lewat frekuensi C, D, L, dan Ku-band. Drone saat ini merupakan bagian dari Alutsista yang membantu dalam pertempuran yaitu pengawasan dan pemantauan target melalui udara.
Ketangguhan Apache tergambarkan dengan penggunaan sensor M-TADS/PNVS (Modernized Target Acquisition Designation Sight/ Pilot Night Vision Sensor ), pertahanan diri pasif inframerah, (GPS), Sistem Paparan Bidikan dan Helmet Terpadu (IHADSS) dan radar AN/APG-78.