Halal sebuah kata yang harus terpatri bagi diri seorang Muslim baik itu di negara mayoritas atau minoritas berpenduduk Muslim. Mengkomsumsi, menggunakan produk Halal merupakan kewajiban bagi setiap individu yang beragama Islam. Karenanya produk dan industri Halal memiliki potensi dimana bisa digarab oleh anak bangsa Indonesia yang mayoritas berpenduduk Muslim.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, selayaknya Indonesia menjadi pusat industri Halal terbesar, baik itu produk atau pariwisata Halal. Bila berbicara potensi industri Halal sebaiknya kita harus berbicara data. Karena potensi itu bukan di awang-awang yang ada di otak kita lalu disampaikan ini ada potensinya.
Potensi pasar produk Halal dunia kemungkinan akan meningkat tajam dengan bertambah nya populasi Muslim dunia pada tahun 2030. Estimasi dari Global State of Islamic Economic nilai transaksi umat Muslim akan mencapai sebesar 3,7 triliun dollar AS pada tahun 2019. Lembaga survei dari Pew Research Center's Forum on Religion & Public Life memproyeksikan total penduduk Muslim dunia akan meningkat dari 1,6 milyar jiwa di tahun 2010 menjadi 2,2 milyar jiwa di tahun 2030.
Bagi kita yang berada di Indonesia, peningkatan populasi Muslim di Indonesia dan negara lain di dunia merupakan sebuah peluang bagi industri produk dan pariwisata Halal. Namun, potensi terbesar untuk produk Halal tetap berada di Indonesia, karena Indonesia merupakan negara mayoritas Muslim terbesar di dunia dengan populasi lebih dari 250 juta dimana 90 persen adalah Muslim.
Sertifikasi dan Label Halal Menjadi Potensi Utama
Bila dibilang sertifikasi dan label Halal menjadi potensi utama produk Halal. Kita jangan melihat sisi negatif nya bahwa berarti negara kita memperjualbelikan sertifikasi dan label Halal, bukan itu.
Menurut daku ini bisa menjadi kesempatan para ulama di Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjadikan Indonesia pusat kajian dan rujukan sertifikasi Halal dunia. Dengan menjadi rujukan dunia tidak hanya ulama, pemerintah pun akan serius memperlakukan sertifikasi dan label Halal. Sebagai contoh bagaimana produk pesawat terbang komersil terbaru harus mendapatkan sertifikasi dari lembaga penerbangan Amerika.
Informasi pengurusan sertifikasi Halal dari produk negara lain dapat meningkatkan transaksi produk Halal Indonesia. Produk -produk Indonesia yang sudah disertifikasi Halal bisa masuk perdagangan internasional sesuai demand (kebutuhan) akan produk Halal di negara - negara tersebut.
Dengan informasi yang tepat ke masyarakat dunia, Produk Halal bisa lebih dipercaya karena lebih aman untuk dikonsumsi. Selain itu Juga lebih sehat bukan hanya bagi masyarakat Muslim tetapi juga bagi umat manusia secara umum. MUI dan negara bisa meyakinkan dengan sosialisasi bagaimana mendapatkan sertifikasi dan label Halal dengan proses uji laboratorium dan disana ada peran ulama yang terlibat.
Potensi Produk Makanan Halal Indonesia
Apakah kalian pernah mendengar bahwa produk makanan kita yang sudah bersertifikasi Halal sebagai makanan favorit sebuah negara ?? .... Negara tersebut terletak di benua Afrika yang penduduknya mayoritas Muslim yaitu Nigeria. Indomie di negara tersebut menguasai pangsa pasar hingga 70%.
Saat ini sudah terbukti bahwa pasar produk Halal terus berkembang bukan hanya di negeri-negeri berpenduduk mayoritas Muslim, tetapi juga di negara-negara Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Bila kalian yang biasa mengakses di social media pastinya pernah melihat video bagaimana tempe dan sate diperjualbelikan ala pedagang kaki lima di Jepang dan Inggris.
Menjelang Olimpiade Tokyo yang akan dilaksanakan pada tahun 2020 jumlah restoran, kafe dan kedai di Tokyo yang mengantongi sertifikat Halal semakin bertambah. Beberapa yang sudah memiliki sertifikasi Halal yaitu ; Kedai Tanden, Kedai Sumiyaki-ya, Kedai Hanasaka-Jisan cabang Sakuragaoka, kafe Ko-so Biorise, toko Nakahora Bokujo, Hotel Sakura cabang Hatagaya, dan Karaoke Manekineko.
Thailand juga bisa menjadi tempat dijajakannya produk Halal dari Indonesia. Sebagai negara yang mayoritas beragama Budha banyak wisatawan dari negara-negara Islam mengunjungi negeri itu. Tahun lalu, lima juta turis dari Indonesia, Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA) visit ke Thailand.
Negara gajah Putih ini terus gencar memperkenalkan layanan wisata Halal untuk menyambut lebih banyak wisatawan Muslim dan menjual produknya kepada dunia Islam. Walaupun satu kawasan tetapi Halal nya makanan & minuman belum terjamin. Karena Halal juga dinilai bagaimana mengolah dan memproses makanan. Salah satu langkahnya pemerintah Thailand kini berupaya mengimpor banyak bahan dari Indonesia, Malaysia dan negara Arab.
Sebaiknya ada yang bisa menangkap ini sebagai potensi. Bila dikota-kota besar Indonesia menjamur minimarket, ini sebuah peluang minimarket Indonesia dibangun di Thailand dengan produk Halal Indonesia. Selain minimarket, frenchise makanan cepat saji juga sebuah peluang. Jujur, teman daku bercerita ketika visit ke Thailand khawatir terhadap apa yang dia makan. Agar aman dia membeli makanan di frenchise makanan cepat saji ternama, tapi apakah disana frenchise tersebut menggunakan produk Halal !!!.
Fashion Muslim Bagi Umat Muslim di Negara Berpenduduk Muslim Minoritas dan Mayoritas
Saat ini fashion Halal Indonesia sukses merambah pasar Moskow. Jumlah penduduk Rusia saat ini mencapai 143,5 juta jiwa, dengan 9,4 juta di antaranya beragama Islam. Hal tersebut tentu menjadi pangsa pasar memasuki perdagangan produk Halal di negara penghasil pesawat tempur Sukhoi ini. Tekstil dan garmen Indonesia ternyata masuk dalam daftar 10 besar produk ekspor Indonesia ke Rusia.
Warga negara Rusia pada akhir tahun 2017 terlihat meminati produk fashion Halal Indonesia. Dalam kegiatan Collection Première Moscow (CPM) yang diadakan tanggal 30 agustus - 2 september 2017 atensi pengunjung terhadap parade Indonesia cukup tinggi. Fashion Indonesia dikenal dengan corak pakaian yang cerah, bergaris-garis, kotak-kotak atau bernuansa etnik nan unik. Hal ini tentu sangat berbeda dengan pakaian wanita muslim Rusia yang pada umumnya yang cenderung polos, kurang bermotif dan modelnya relatif sama.
Sudah saatnya ada yang mengambil potensi ini baik itu di Rusia ataupun negara lain yang memiliki penduduk Muslim walaupun minoritas. Keunggulan fashion Muslim Indonesia ialah kekinian yang menarik bagi umat Muslim maupun non Muslim. Fashion bisa menjadi jalan dakwah sama seperti gamelan dan wayang yang diperkenalkan oleh para Sunan di Jawa.
Bangladesh berpenduduk lebih dari 160 juta jiwa dimana lebih dari 140 juta masyarakatnya beragama Islam. Oleh karena itu, Bangladesh memiliki potensi pasar yang sangat besar dan menjanjikan. Indonesia yang dikenal sebagai negara yang demokratis dan moderat, mampu menampilkan citra Islam yang baik, santun dan fashionable, sangat pas menjual produk Halal ke Bangladesh.
Wisata Halal Indonesia Yang Mendunia
Pada bulan september 2017, video pariwisata Indonesia baru saja terpilih sebagai yang terbaik di UNWTO 2017. Lewat video berjudul Wonderful Indonesia: The Journey to a Wonderful World berdurasi sekitar tiga menit, Indonesia mengalahkan 63 video wisata milik negara lain. Indonesia memenangkan kategori video pariwisata terbaik kawasan Asia Timur dan Pasifik, serta People Choice Award.
Keindahan Indonesia begitu tersohor tetapi kenapa masih di urutan 3 (tiga) GMTI 2017 ? .....
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Mastercard-Crescent Rating Global Muslim Travel Index (GMTI) di tahun 2016, total jumlah wisatawan Muslim dunia mencapai 117 juta pada 2015. Jumlah itu akan bertambah mencapai 168 juta wisatawan pada 2020 dengan pengeluaran di atas 200 miliar dollar AS. Bahkan GMTI memproyeksikan bahwa total pengeluaran perjalanan umat Muslim akan mencapai 300 miliar dollar AS pada tahun 2026.
Bila melihat dalam konteks pariwisata Halal, berdasarkan data World Travel Tourism Council (WTTC), Indonesia mendatangkan devisa negara dari pariwisata Halal sebesar 11,9 miliar dollar AS. Masih terbilang belum menyedot potensi pendapatan dari pariwisata Halal yang terbilang besar.
Pelaku usaha di tempat pariwisata selama ini terlihat lebih banyak bermain di industri makanan dan minuman. Padahal Halal tidak hanya itu saja, ada lifestyle, fashion, sistem keuangan, dan home stay. Potensi ini perlu digarap dilokasi-lokasi wisata seperti Bali, Lombok, Jogjakarta, dan lainnya agar menyediakan reklame besar terdapat produk atau hotel dengan pelayanan Halal.
Selama ini pelaku usaha pariwisata belum terlihat mempraktekkan reklame Halal. Sepertinya mereka masih yakin anggapan wisatawan asing bahwa sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar, produk-produk kita sudah pasti Halal. Padahal pemikiran para wisatawan asing tidak begitu, mereka butuh kejelasan. Sama seperti ketika umat Muslim Indonesia berwisata ke Bali dan Manado.
-----ooo000ooo-----
Salam hangat Blogger Udik - Andri Mastiyanto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H