Kaum yang hidup di era milineal pastinya pernah mendengar istilah 'Pendapatan Satu Koma Lima'. Iya itu pendapatan yang hadir di tanggal 1 dan di tanggal 5 nya sudah koma. Bahkan di tempat kerja daku di RSKO Jakarta, istilah tersebut menjadi bahan guyonan teman-teman baik itu ditempat nongkrong dipojokkan bangunan kantor ataupun di kantin. Ya bisa jadi karena besar pasak daripada tiang.
Jakarta begitu macet mungkin juga ditimbulkan oleh para manusia-manusia milenial 'Pendapatan Satu Koma Lima'. Bagaimana tidak, jumlah kendaraan yang melebihi lebar jalan kita saksikan dalam pandangan sehari-hari. Bahkan kemacetan Jakarta ini merupakan bahan diskusi yang menarik bagi teman-teman, tetangga ataupun sesama blogger.
Daku pernah menaiki ojek online berwarna hijau dan mendengarkan guyonan dari driver ojek online di tengah kemacetan jakarta 'Bang percaya nggak klo mobil dan motor ini didepan, samping, dan belakang kita bunyi nya Dit-Dit-Dit, alias kredit'. Daku pun mendengar ucapan driver ini hanya bisa mengiyakan dan tertawa. betul juga, karena saat ini begitu mudahnya mendapatkan kredit kendaraan bermotor baik roda 2 ataupun 4.
Dikawasan komplek rumah daku didaerah Cikeas Udik, daku banyak menemukan rumah yang memiliki kendaraan lebih dari satu. Bahkan ada yang memiliki kendaraan roda dua juga memiliki kendaraan roda empat. Saat ini pemandangan individu / keluarga yang memiliki kendaraan roda empat bukanlah sesuatu yang wah (mewah) / biasa bahkan hal yang umum pula terlihat kondisi tempat tinggal nya tidak lebih baik dari cat kendaraannya. Ada pula yang memarkirkan kendaraan di pinggir jalan karena tidak memiliki tempat parkir di rumahnya.
Ternyata beberapa kawan, kerabat, tetangga dan orang daku kenal acapkali mengeluh menyangkut pengeluaran yang tergerus karena kredit sana-sini dan salah satunya pengeluaran untuk beberapa kendaraan bermotor miliknya. Untuk itu pengelolaan finansial dan mampu merencanakan pengeluaran secara bijak amatlah penting agar pada pertengahan bulan penghasilan kita tidak lekas menguap / ludes. Sudah saatnya menabung.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Mendorong Masyarakat Menabung di Bank
Sebetulnya bukan masalah dan tidak perlu di nyinyir apabila ada individu memiliki jumlah kendaraan lebih dari satu dan jenisnya beragam jika finansial nya mampu menutupi. Yang patut dipikirkan jangan habiskan seluruh pendapatan tanpa ada menabung ( saving ). Karena menabung memiliki peran yang penting dalam pengelolaan finansial itu yang daku dapat dalam Kompasiana Nangkring bersama LPS dan Kepiting Nyinyir.
Dalam merencanakan keuangan keluarga atau pribadi, tentunya kita harus pandai dalam menentukan pos untuk distribusi keuangan. Akan ditaruh di manakah dan dibelanjakan berapa. Setiap orang mempunyai jumlah pendapatan yang berbeda sesuai dengan sumber penghasilannya. Beberapa literatur dan ketika mengikuti event pengelolaan keuangan salah satunya Kompasiana Nangkring, daku mendapatkan pengetahuan minimum tabungan & investasi adalah 10% dari jumlah penghasilan.
Yang patut dicatat di Indonesia menabung 10% dari pendapatan tidak lah cukup dikarenakan rata-rata inflasi 15 tahun terakhir cukup tinggi. Hal ini bisa kita lihat bagaimana nilai mata uang kita yang bergerak begitu cepat, mungkin 15 tahun lalu nilai 10 ribu rupiah masih cukup besar tetapi saat ini tidak cukup untuk membeli nasi goreng satu porsi. Untuk itu kisaran 15 % s/d 30 % perlu dipertimbangkan untuk ditabung tetapi jangan menabung dibawah kasur karena beresiko, tabunglah di Bank.