Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Asmara di Tengah Bencana (ADB) Cara BNPB Sosialisasi 'Sadar Bencana'

18 Juni 2017   21:12 Diperbarui: 2 Juli 2017   20:22 1577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daku masih ingat ketika terakhir kali mendengarkan sandiwara radio yang didengarkan melalui radio tape. Almarhum Bapak memiliki koleksi kaset tape sandiwara radio "Saur Sepuh". Tetapi koleksi tersebut tidak lah lengkap hanya dimiliki sampai dengan episode dimana Brama Kumbara berhasil merebut Madangkara dari penjajahan kerajaan Kuntala.

Sosok Brama Kumbara dalam sandiwara radio "Saur Sepuh" merupakan seorang pendekar yang menguasai berbagai ilmu kesaktian. Ia merupakan anak desa yang tanpa sepengetahuan penduduk sekitar merupakan keturunan Raja Madangkara. Ayahnya bernama Darmasalira. Kakeknya Astagina, sekaligus sebagai guru olah kanuragan. Kakek Astagina dulunya pernah pula menjadi Raja Madangkara. 

Ibu dari  Brama Kumbara bernama Gayatri. Nah sang ibu lah yang merupakan keturunan dari trah keluarga Kerajaan Madangkara. Ayah kandung Brama tewas dibunuh oleh perampok yang akan menyerang kampung mereka Jamparing. Setelah menjanda, Gayatri diperistri oleh Tumenggung Ardalepa, seorang bangsawan dan pejabat dari Kuntala. Dari perkawinan ini, lahirlah Mantili, adik satu ibu lain ayah dari Brama.  

Ketika sudah dewasa Brama akhirnya menjadi Raja Madangkara karena dia jugalah yang memimpin pergerakan nasionalis Madangkara melawan penjajah Kuntala. Dengan pedang biru yang diberikan oleh panglima Madangkara pada saat kecil terkuak lah bahwa Brama merupakan keturunan langsung dari Raja Madangkara "Astagina".

Duduk di samping almarhum Bapak, daku mendengarkan sandiwara radio sambil menyeruput kopi dari gelas beliau merupakan momen yang tidak akan daku lupakan. Usia daku sekitar 6 s/d 8 tahun saat itu. Ada sensasi tersendiri ketika mendengarkan sandiwara radio dibandingkan ketika kita menonton tayangan televisi atau film di bioskop. Ketika mendengar sebuah cerita dari sandiwara radio, daku seperti dibacakan dongeng oleh almarhum Bapak dimana daku mengimajinasi sosok-sosok dalam cerita tersebut.

Radio menjadi Media Sosialisasi Sadar Bencana

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis sandiwara radio Asmara di tengah Bencana (ADB) episode 2 yang akan disiarkan pada 7 Juli 2017. Dimana ADB episode 1 mendulang sukses pada penyiaran pertama tahun lalu. Pendengar sandiwara radio ADB menyentuh 43 juta jiwa....wooowwww..... "Making a Hits".

Atas dasar data tersebut mendorong BNPB untuk melanjutkan ADB episode 2 pada tahun ini. BNPB memanfaatkan sandiwara radio untuk mengkampanyekan budaya sadar bencana secara luas kepada masyarakat khususnya di daerah. Untuk itu BNBP dan Kompasiana mengadakan acara Kompasiana Nangkring "Membangun Sadar Bencana Melalui Media Radio" di Graha BNBP, Jakarta.

Deskripsi : Kepala BNPB, Willem Rampangilei menyampaikan pentingnya kesiapsiagaan bencana I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Kepala BNPB, Willem Rampangilei menyampaikan pentingnya kesiapsiagaan bencana I Sumber Foto : Andri M
Kepala BNPB, Willem Rampangilei menyampaikan "BNPB menggunakan radio karena berbiaya rendah, dan media yang tepat untuk menjangkau masyarakat yang bertempat di daerah terpencil.  Radio sangat efektif dalam memberikan informasi kepada masyarakat yang terdampak bencana ketika alat komunikasi lain tidak berfungsi. Di samping itu, radio dapat digunakan sebagai penyambung hidup atau lifeline ketika krisis dan saat bencana terjadi,” ucap Bapak Willem pada saat peluncuran ADB episode 2 dalam Kompasiana Nangkring pada Selasa (6/6) di Graha BNPB, Jakarta.

'Siaga Bencana' Karena Indonesia Negara Rawan Bencana

Yang perlu kita sadari bersama bahwa Indonesia adalah daerah rawan bencana. Negara dengan jumlah pulau sebanyak 14.572 ini terletak pada jalur cincin api (ring of fire) sehingga memiliki banyak gunung berapi. Di Pulau Jawa saja terdapat konsentrasi gunung berapi terbanyak di Indonesia dengan 45 gunung berapi aktif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun