Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

6 Hal yang Khas di Ruang Tunggu ICU RS. Dharmais

22 November 2016   14:46 Diperbarui: 22 November 2016   14:50 2907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Ruang ICU Rs.Dharmais I Sumber Foto : Andri M

Bila kita mendengar kata ICU dan HCU membuat bulu kuduk merinding. ICU merupakan singkatan dari Intensif Care Unit. Menurut pengertian dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Intensive Care Unit (ICU) merupakan unit perawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cedera dengan penyulit yang mengancam serta melibatkan tenaga kesehatan terlatih, didukung dengan kelengkapan peralatan kesehatan khusus.

Adapun High Care Unit (HCU) adalah unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien dengan kondisi stabil dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun masih memerlukan pengobatan, perawatan dan pemantauan secara ketat. Bila daku lihat ICU memiliki alat yang bernama Ventilator sedangkan HCU tidak.

Daku perkirakan 80 persen waktu kakak di rawat berada di ICU dan HCU. sudah 70 hari lebih dirawat sejak 10 september s/d 22 november 2016 dan masih akan bertambah. Belum ada tanda-tanda kakak keluar dari ruang perawatan intensif. Dalam kurun waktu tersebut Kakak daku Satria menjalani di 2 (dua) rumah sakit yaitu RS.Pusat Otak Nasional (RS.PON) dan RS.Dharmais.

Ini bukan kisah kakak daku Satria dengan penyakit Tumor Otaknya tetapi bagaimana hal-hal unik yang daku temukan saat berada di ruang tunggu HCU dan ICU RS.Dharmais. Ketika berada disana dari kisah lucu, sedih bahkan membuat jantung berdetak cepat. Inilah apa yang daku lihat dan rasakan berada di ruang tunggu RS.Dharmais.

1. Seperti Berada di Dek Kapal Laut

Menunggu di ruang tunggu ICU & HCU RS.Dharmais bagaikan berada di dek kapal laut. Para keluarga pasien berjejer tidur dengan alas seadanya. Baik waktu matahari bersinar hingga matahari tidak tampak maka akan terlihat orang duduk dan merebahkan badan. Mereka bukan menunggu waktu kapal akan sampai tetapi berharap keluarga nya yang sakit bisa cepat keluar dari ruangan tersebut.

Deskripsi : Ruang Tunggu ICU RS.Dharmais I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Ruang Tunggu ICU RS.Dharmais I Sumber Foto : Andri M
Lantai yang dari beton hasil cor semen membuat lemak beradu dengan benda keras. Otot-otot akan berasa pegal bahkan sakit-sakit. Keluh kesah yang mulai jenuh dan badan merasa pegal-pegal keluar dari mulut yang sudah berada disana puluhan hari. Itu wajar karena daku juga merasakan. Walaupun bagaimana yang berada disini terima kasih sudah disediakan tempat untuk menunggu.

Ada tips di tulisan Kompasiana sebelumnya menyangkut menjaga pasien dalam waktu panjang : KLIK DISINI

2. Berkumpulnya Pribadi-Pribadi Tangguh

70 hari sudah daku berada di ruang tunggu ICU / HCU. Selama itu daku melihat bahwa banyak pribadi-pribadi tangguh. Manusia-manusia ini sungguh luar biasa bagaimana mereka mengorbankan diri bagi keluarga. Tidak semua anggota keluarga mau berkorban untuk Orang tua / Saudara Kandung / Anak / Sepupu.

Di ruang tunggu ini adalah pribadi-pribadi yang dilahirkan sebagai manusia hebat. RS.Dharmais merupakan tempat yang tepat untuk melihat itu. Puluhan hari sampai bulan para pribadi ini menunggu keluarganya. Tidak hanya menunggu saja tetapi mengorbankan harta benda, pekerjaan, dan kepentingannya sendiri.

Salah-satu contohnya Pak Bejo yang berasal dari Lampung, dia merupakan pensiunan anggota POLRI yang istrinya dirawat di HCU RS.Dharmasi. Beliau telah mengorbankan perahu dan mobilnya untuk biaya pengobatan istrinya. Yang membuat daku terenyuh pada pemulangan jenasah istrinya untuk biaya ambulance terpaksa meminjam uang kepada salah satu anggota keluarga yg sama2x menunggu.

Hebatnya lagi beliau hanya menjaga sendiri tanpa pengganti. Ketika banyak keluarga yang menyertakan 1 s/d 4 anggota keluarga, yang daku lihat beliau berani single fighter …. Luar Biasa…. Daku saja harus berpatner dengan Ibu dan dibantu mas Wied. Mas wied adalah sepupu daku yang pernah tinggal bersama kami semenjak daku SD sampai dengan lulus kuliah. Walaupun ia hanya bisa menunggu 2 (dua) kali seminggu tetapi itu sudah sangat membantu.

3. Julukan Kepala Desa dan Kepala Rukun Tetangga

Menurut daku ada sesuatu yang unik bagi anggota keluarga dengan waktu terlama berada di ruang tunggu ICU / HCU RS.Dharmais. Sebutan sebagai Kepala Desa dan ketua RT ruang tunggu ICU / HCU itu yang akan disematkan. Pada saat tiba di ruang tunggu ICU / HCU tanggal 25 oktober 2016 ternyata ada seorang ibu paruh baya bernama Darti dijuluki IBU RT.

Ibu Darti ini sudah 2 bulan menunggu adiknya yang sakit di ICU/HCU yang menderita tumor otak. Di ruang tunggu ini membuat kita akrab satu sama-lain dan Ibu Darti lah yang merekatkan. Sehingga 10 anggota keluarga yang masuk dari periode 25 oktober sampai dengan 31 oktober 2016 membuat sebuah group Hella Nafas Panjang.

Akhirnya daku di tetapkan sebagai Kepala Desa setelah 9 (Sembilan) anggota keluarga penunggu lainnya keluar dari ruang tunggu ICU / HCU. 5 (lima) diantaranya keluarga yang menjadi pasien berstatus meninggal ketika keluar. Pada saat ada yang meninggal kami bahu membahu membantu membereskan barang bawaan dan membawa ke mobil jenasah. Rasa menjadi keluarga muncul di ruang tunggu ini.

4. Bhineka Tunggal Ika 

Berbeda-beda tetapi tetap satu. Kesatuan dari daerah dan suku yang berbeda-beda itu yang daku dapati ruang tunggu ICU / HCU RS.Dharmais. Tidak hanya dari suku Jawa, ada dari sunda, lampung, batak, Palembang, dan juga dari Papua. Dari Sabang sampai Meuroke berada di rumah sakit khusus cancer ini.

Perbedaan yang ada tidak hanya daerah dan suku tetapi juga Agama. Dari Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha bahkan Singh pun ada. Di sini kita bergaul, bercengkrama, berdiskusi, menggoda, bercanda dan menyemangati. Tidak hanya saat sedih kami berbagi kisah, pada saat mengurangi rasa jenuh pun kami bersatu.

Saling memaklumi satu sama lain dalam ruangan ini. Ketika ada keluarga salah satu penunggu yang datang begitu banyak bahkan terlihat seperti pasar, kami mengerti satu-sama lain. Apabila salah satu ingin melihat televisi karena ruangan cukup luas maka volume suara diperbesar itu akan membuat bising. Bahkan dengkuran ngorok akan kita dengar setiap malam.

Disini kita belajar saling memahami satu sama lain dari perbedaan yang ada. Perbedaan itu yang membuat kami saling kenal. Respect Each Other sebuah kewajiban dan ketika nantinya kembali kehidupan normal membuat daku tidak mudah tersulut api karena pandangan yang berbeda.

5. Panggilan Kematian

“Keluarga Bapak Satria” ucapan itu keluar dari pintu ruang rawat ICU bikin bulu kuduk merinding. Yang membuat jantung berdetak cepat apabila panggilan tersebut pukul 9 (Sembilan) malam keatas. Panggilan kematian yang diperumpamakan para penunggu di ruang tunggu ICU / HCU.

Pernah terjadi dari pukul 9 (Sembilan) malam sampai dengan 6 (enam) pagi sebanyak 4 (empat) pasien di ICU dan HCU meninggal dunia. Hampir setiap hari ada saja pasien yang meninggal dengan petugas pemulasaran jenasah dating menghampiri. Sebagai pununggu pasien terlama suara pintu dengan bunyi kunci digerakkan sudah membuat sport jantung berkali-kali apalagi kakak daku cendrung tidak stabil.

6. Terima Kasih BPJS dan Keluh Kesah Prosedurenya

Salahsatu hal yang membuat daku bertahan di RS.Otak dan RS.Dharmais karena kakak daku Satria Adhi M sudah terdaftar di Asuransi Kesehatan BPJS. Jujur banget bahwa kalau tidak ada BPJS mungkin kakak daku dirawat di rumah sambil menunggu rumah orang tua kami laku di jual.

Dengan asuransi ini dan jumlah pasien yang membludak di RS.Dharmais maka kita harus panjang sabarnya. Salah satu contohnya agar procedure operasi bisa dijalankan daku harus melalui tiga tempat yang berbeda dimana menurut daku itu bisa dilakukan dalam 1 (satu) loket atau bahkan tidak perlu mengurus apabila pasien sudah masuk ruang perawatan rawat inap khususnya ICU.

Kakak daku Satria sebetulnya titipan Bapak Jusuf Kalla dan dokter Nizam salah seorang dewan Pembina RS.Dharmais tetapi daku tidak menggunakan 2 (dua) nama besar itu mengurus procedure-prosedure tindakan. Daku tetap menjalankan sesuai procedure RS.Dharmais dengan badan dan kaki sendiri. Bahkan sempat operasi terpaksa dilaksanakan terlebih dahulu sedangkan proses legal BPJS belum selesai daku urus.

Diruang tunggu banyak keluh-kesah menyangkut pelayanan BPJS ini tetapi bagi kami ini wajar karena kami menganggap itu yang harus dijalankan. Kekurangan SDM dan fasilitas untu membantu layanan agar bisa satu meja itu yang banyak dilihat oleh para keluarga penunggu pasien.

---oo00oo----

Daku banyak belajar dari tempat ini dan disini daku ditunjukkan bahwa kita memiliki persamaan nasib maka ikatan persaudaraan akan lebih erat. Asuransi Kesehatan BPJS begitu penting saat ini karena ketika datang ke RS.Dharmais tidak dilihat penampilan dan kendaraan kita. Selama berada di ruang tunggu daku mendapatkan pelayanan yang baik bahkan  sangat jarang yang menunjukkan sikap jutek dari pegawai yang bertugas.

Salam Hangat Blogger Rusuh berambut Undercut – Andri Mastiyanto

Email : mastiyan@gmail.com , FB : Ade Andrie M , Twitter : @AndrieGan , Instagram : @mastiyan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun