Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Pecinta Motor Klasik Mendapatkan Plilihan Lain

14 Agustus 2016   20:26 Diperbarui: 21 Agustus 2016   09:36 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar tahun 2014, daku diminta tolong oleh kakak yang bernama Satria untuk menjual motornya. Motornya saat itu sudah dimodifikasi bergaya klasik dengan paduan modern dari tahun 2012 s/d 2014. Ia menyampaikan memodifikasi motornya ala JAP style  dimana ia menghabiskan total 22 juta rupiah diluar harga motor Suzuki Thunder 125 cc dikisaran 14 juta rupiah saat itu. Yang daku ingat yang tersisa dari part Suzuki Thunder hanya shock breaker depan dan rangka yang sudah dipotong lebih pendek.

Deskripsi : Motor modifikasi milik kakak daku I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Motor modifikasi milik kakak daku I Sumber Foto : Andri M
Apa yang membuat daku begitu tertarik dengan motor hasil modifikasi milik kakak itu, yaitu ia rela mencari tangki motor classic merk Norton buatan tahun 1944. Tangkinya berasal dari zaman perang dunia ke II masih bergulir. Itu yang membuat motornya makin kece perpaduan antara klasik dan modern. Sebuah hobi dapat membuat orang rela merogoh kocek yang terbilang lumayan.

Ternyata penggemar motor bergaya klasik juga cukup besar tidak hanya kakak daku seorang. Bila daku lihat disalah satu fanpage facebook penggemar motor tua dan klasik terdapat 2339 like. Banyak pula komunitas - komunitas motor tua di Indonesia dari berbagai brand motor seperti Harley Davidson, BMW, Northon, Binter, Triumph, CB 100 diberbagai daerah. Bila dihitung pastinya jumlahnya ribuan bahkan mungkin belasan ribu.

Bagi yang memiliki uang lebih bisa membeli motor klasik ini dengan harga puluhan juta bahkan ratusan juta. Apa yang membuat para bikers tertarik pada motor model klasik. Daku ketika mencoba bertanya kepada kakak, ia menjawab karena modelnya yang long lasting (sepanjang masa), tidak lekang tertelan jaman masih saja enak dilihat. 

Motor Model Klasik yang Long Lasting

Motor model klasik menurut daku memang long lasting. Gaya berkendara pun akan membuat perhatian karena suara knalpot yang menderu dibandingkan dengan motor jaman sekarang yang lebih soft suara knalpotnya. Para pecinta motor klasik ketika berkendara acap kali kita lihat berkelompok, apakah itu kelompok kecil atau besar. Tetapi ada yang khas pada diri para pengendara tersebut yaitu gaya berbusana mereka.

Deskripsi : Motor bergaya klasik - Royal Enfield - Classic 500 I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Motor bergaya klasik - Royal Enfield - Classic 500 I Sumber Foto : Andri M
Pada hari jum'at daku masuk ke sebuah dealer & showroom motor didaerah pejaten dimana di depannya berjejer motor - motor bermodel klasik. Daku masih terngiang dengan motor modifikasi Modern Klasik milik kakak. Didepan showroom terlihat 2 (dua) buah motor klasik yang terlihat seperti motor pada era perang dunia ke II. Jujur saja daku ngefans dengan motor model klasik, sayangnya saat ini daku baru memiliki motor matic  Honda Scoopy dan Astrea Legenda.

Saat daku lihat tertera sebuah brand motor dibagian atas gedung yang bertuliskan "Royal Enfield". Sebuah brand motor yang kurang familier bagi diri daku. Awalnya daku memandang didepan showroom motor yang terparkir dengan standart miring dan terlihat seorang pria dengan kaos ketat mendekat. Ia menanyakan kepada daku bagaimana menurut daku motor tersebut. Daku hanya bilang motor tua ini terawat dengan baik, asli keren. Pria tersebut tersenyum kecil dan berucap "ini motor produksi baru bang dan bukan modifikasi".

Deskripsi : Royal Enfield - Classic 5000 Battle Green I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Royal Enfield - Classic 5000 Battle Green I Sumber Foto : Andri M
Daku pun mengerutkan kulit di dahi mendengar jawaban pria tersebut. Ia menyebutkan bahwa motor Royal Enfield yang daku lihat merupakan tipe Classic 500 Battle Green berharga Rp.90.900.000,- .Bermesin 500cc, satu silinder, 4 tak, pengapian busi, didinginkan udara, mesin OHV menghasilkan torsi sebesar 41,3 Nm.  

Untuk rumah lampu depan dengan fitur “Lampu Mata Harimau” untuk tampil seperti Bullet. Lampu depannya tradisional tetapi dengan bola lampu halogen untuk memberi penerangan yang baik. Tersedia pula peredam suara yang secara estetis dirancang sesuai dengan penampilan tahun 1950-an., tetapi tersedia sebagai aksesori opsi untuk penggunaan off-road saja. Untuk menguatkan aura perang dunia ke II  tangki yang dibuat dengan grafik era pasca perang dan diberi bantalan paha agar terlihat klasik dengan kapasitas bahan bakar 14,5 liter. Ukuran roda depan: 19” dan belakang: 18”.

Motor ini bisa menjadi pilihan bagi yang ngefans dengan model klasik tetapi ada keraguan membeli motor tua / klasik karena berfikir akan perawatannya. Tehnologi engine dan part sudah menggunakan tehnologi masa kini hanya modelnya saja yang uzur. Bagi daku untuk saat ini mungkin baru berupa mimpi karena pengeluaran di fokuskan untuk berobat kakak. 

Royal Enfield Ternyata Sudah Ada semenjak 1901

Setelah menerangkan spesifikasi dari Classic 500 desert storm kemudian pria ini memberikan sebuah brosur. Ada yang membuat daku fokus membaca tertera tulisan dibagian atas "Riding Since 1901". Langsung daku menggarukkan kepala, sambil berucap dalam diri "ini perusahaan motor tua amat yaks". Berarti brand motor ini lebih tua 2 (dua) tahun dari Harley Davidson yang memang saat ini cukup dikenal di Indonesia. Mungkin karena daku tidak tergabung dengan komunitas motor jadinya kurang informasi.  Dengan melihat - melihat showroom Royal Enfield di pejaten ini membuka mata ada brand legendaris lainnya dan beda segmen dengan brand lainnya. Sebagai seorang Blogger, daku harus bersikap cerdas dengan mempelajari sejarah dari brand ini.

Dari beberapa literatur yang daku baca, Royal Enfield awalnya merupakan brand inggris yang terdaftar sejak tahun 1899. Brand ini memang memiliki sejarah yang sangat panjang dimana berawal dari memproduksi sepeda roda dua, dilanjutkan dengan memproduksi sepeda roda empat, kemudian mulai merambah industri sepeda motor dengan menggandeng Minerva sebagai pembuat engine bagi sepeda motor Royal Enfield. Pada tahun 1901 akhirnya Royald Endfield secara mandiri mampu memproduksi sepeda motor pertamanya dengan engine 239cc.

Tahun 1955, Royal Enfield mulai mengarahkan produksinya dengan membuka pabrik perakitan di Madras, India, tepatnya yang sekarang disebut Chennai. Namun demikian, Royal Enfield di Inggris tetap memproduksi sepeda motor sampai tahun 2009. Sejauh ini, Royal Enfield konsisten mempertahankan mesin satu silinder dengan teknologi pembukaan klep yang masih mengandalkan OHV (Over Head Valve). FYI, teknologi OHV adalah mekanisme pembukaan dan penutupan klep dengan cam shaft (noken as) berada dibawah langsung berhubungan dengan crank shaft (kruk as) melalui roda gigi. Sedangkan pergerakan cam akan diteruskan ke rocker arm (pelatuk) melalui push rod.

Deskripsi : Dealer / Gerai / Showroom Royal Enfield di Pejaten I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Dealer / Gerai / Showroom Royal Enfield di Pejaten I Sumber Foto : Andri M
Royal Enfield menciptakan segmen motor berkapasitas mesin menengah dan mampu mengembangkan produksinya dengan cepat melawan lonjakan permintaan motor. Brand yang lahir di British ini menjadi pemain yang sangat penting di pasar motor berkapasitas menengah di dunia dan terus berinovasi dengan memproduksi motor-motor yang good looking dan nyaman untuk dikendarai. Melalui 17 perusahaan mereka mengekspor lebih dari ke 50 negara di seluruh dunia termasuk Indonesia, salahsatu gerainya yang daku singgahi Royal Enfield Authorized Dealer (PT Distributor Motor Indonesia), Jl. Pejaten Barat No. 5, Jakarta 12510, Indonesia (Telephone: +62 21 71795082/83/84). Buat temen - temen pengen tau lebih detail bisa selancar disini www.royalenfield.com/id / fanpage Royal Enfield Indonesia

Deskripsi : Helm Royal Enfield yang bergaya old school I Sumber foto : Andri M
Deskripsi : Helm Royal Enfield yang bergaya old school I Sumber foto : Andri M
Deskripsi : Gesper, Kaos, Helm swbagai gear dan aksesoris pengendara Royal Enfield I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Gesper, Kaos, Helm swbagai gear dan aksesoris pengendara Royal Enfield I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Aksesoris seperti sepatu dan tas yang terdapat di gerai I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Aksesoris seperti sepatu dan tas yang terdapat di gerai I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Royal Enfield Bullet 350 ditemani Jaket riding I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Royal Enfield Bullet 350 ditemani Jaket riding I Sumber Foto : Andri M
Gerai tersebut tidak seperti gerai / showroom kendaraan pada umumnya karena design indoor dan aksesoris dibuat seperti toko adibusana seperti Levis, Lea, Lee Cooper dll. Bagi daku sesuatu yang inovatif sekaligus memberi rasa nyaman bagi calon pembeli. Menurut ku menarik karena disana tersedia aksesoris berkendara dari Jaket, ikat pinggang, sepatu, helm, kacamata dan t-shirt. Sepertinya Royal Enfield ingin memanjakan konsumennya untuk berekspresi dalam hobi riding.

**oo00oo**

Ketika ingin membeli atau bermimpi membeli produk daku membiasakan diri untuk memahami "Product Knowledge". Sejarah, brand, kualitas, dan jangkauan. Jangan hanya melihat dari internet / dunia maya karena kita harus menyentuh dengan kulit kita sendiri terhadap produk tersebut.

Salam Hangat - Blogger Rusuh berambut Undercut - Andri Mastiyanto

email : mastiyan@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun