Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Film untuk Kakak Ku: ''I am Hope''

10 Februari 2016   11:43 Diperbarui: 18 Januari 2022   20:13 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Mia yang diperankan Tatjana Saphira I Sumber Foto : Wardah

Ternyata nafas harapan sang bunda di dunia theater tak pernah mati. Bakat sang bunda menular ke Mia. Harapan sang bunda menggarap pertunjukkan theater hanya tertidur sesaat menunggu Mia dewasa. 

Hasrat pertunjukkan theater sang bunda memanggil kembali dan Mia merasakan itu. Dengan penyakit ditubuhnya Mia merasa penting untuk menjalankan passionnya yaitu menjalankan hidup didunia theater.

Perjuangan Mia dalam mewujudkan harapannya untuk mengisi waktu menjelang ajal dan pertunjukkan theater tidak dilalui sendirian. 

Maia sahabatnya selalu ada pada saat Mia membutuhkan. Gadis periang Maia diperankan oleh Alessandra Usman yang menjadi penstabil semangat dan pendorong untuk tetap menjalankan hidup melalui problema penyakit cancer dan memperjuangkan mimpi Mia berkarya di dunia pertunjukkan Theater.

Tehnik pengambilan gambar terlihat cukup baik tidak seperti beberapa film nasional sebelumnya yang terlihat seperti sinetron. Pencahayaan pada film sudah menunjukkan level internasional untuk film drama. 

Itu dapat aku lihat pada saat pengambilan gambar diruang makan, kamar, rumah sakit dan diluar ruangan. Aku patut bangga terhadap apa yang aku saksikan.

Film ini sepertinya berusaha menguras air mata penontonnya tetapi kenapa aku tidak menangis. Suguhan kesedihan dari awal cerita sampai menjelang akhir yang bertubi-tubi membuat air mata aku tidak bisa meleleh. 

Mungkin diri aku yang tidak sensitif sehingga tidak bisa menitikkan air mata. Bisa jadi karena lonjakan emosi yang dibangun dalam film ini antara kondisi senang, perjuangan hidup dan sedih kurang dibuat naik turun.

Aku mengacungkan jempol terhadap para pemeran di film ini seperti Tatjana Saphira (Mia), Alessandra Usman (Maia), Tio Pakusadewo (Ayah) yang mampu membawa film ini menjadi film yang tidak biasa. 

Entah kenapa Fachry Albar yang berperan sebagai David dengan ketampanannya terlihat melankolis. Sosok David sebagai pria yang dekat dengan Mia dengan status PDKT dalam film ini bagaikan pria tampan dengan muka murung.

Secara keseluruhan film ini sangat baik dari plot, alur, cerita, dan tokoh yang ditampilkan. Sebuah film yang berkelas andaikata didaftarkan ke festival film internasional aku harapkan menyabet penghargaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun