[caption caption="Deskripsi : Mukernas PKB I Sumber Foto : Situs resmi PKB"][/caption]
Saya sebagai seorang pemuda dengan melihat situasi politik saat ini yang hiruk-pikuk dengan banyak partai yang bermunculan cukup senyum kecil. Beberapa punggawa partai politik dengan alasan perbedaan ideologi, faham, prinsip dapat dengan mudah keluar dari partai yang membesarkannya dan memilih berpindah partai atau membentuk partai baru. Kita bisa melihat di televisi banyak anggota partai-partai politik yang beberapa tahun sebelumnya berada di sebuah partai kemudian saat ini berada di partai yang lain. Kutu loncat orang menyebutnya, apakah ini ego atau kepentingannya tidak di akomodir? Musyawarah untuk mufakat dan gotong royong mungkin itu yang berkurang.
Dalam beberapa hari ini di media online diberitakan ada sebuah partai dengan basis massa yang kuat yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) akan menyelenggarakan Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS) pada tanggal 5 - 6 februari 2016, bertempat di Jakarta Convention Center. Ternyata tidak hanya musyawarah dengan kalangannya sendiri sesama anggota partai, ini akan menjadi ajang silahturahim nasional antara Eksekutif dan Legeslatif. Musyawarah dan silahturahim menurut ku sebuah kata yang agak tepat untuk digalakkan saat ini.
Beberapa media online yang saya baca memberitakan kutipan ucapan dari petinggi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyangkut Mukernas 2016 ini. Salah satu barometer media cetak maupun online yang menjadi acuan pembaca yaitu Kompas.com memberitakan Mukernas tersebut bertemakan "Holopis Kuntul Baris, Menangkan Rakyat dalam Persaingan Global". Sekretaris Panitia Mukernas, Bambang Susanto, menuturkan, tema tersebut secara filosofis dipahami sebagai sebuah "mantra" yang mampu merasuk ke dalam jiwa dan menjelma menjadi energi dahsyat untuk menghadapi berbagai persoalan secara bersama-sama. "Dengan begitu, sesulit apa pun persoalan, jika diselesaikan secara bersama-sama akan sangat mudah," kata Bambang di Kantor DPP PKB, Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, Selasa (2/2/2016).
Berita online lainnya CNN Indonesia - memberitakan bahwa Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengungkapkan, musyawarah kali ini akan membahas berbagai isu, mulai dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) hingga Amandemen Undang-Undang Dasar 1945.
Sedangkan Republika.com - “Mukernas kali ini bakal lebih dinamis dan seru karena sudah masuk berbagai usulan wacana dan program strategis yang akan dibahas. Mulai dari wacana strategi menghadapi globalisasi, rumusan usulan perbaikan sistem Pilkada sampai LGBT yang belakangan menjadi kontroversi,” ujar Wasekjen PKB, Faisol Riza di Jakarta, Rabu (3/2).
Yang patut aku tidak lupakan adalah situs resmi PKB itu sendiri www.dpp.pkb.or.id - Muhaimin Iskandar, mengatakan bahwa dalam Mukernas PKB, akan pula dibahas: pertama, bagaimana sikap PKB terhadap LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Kedua, pemilukada apa perlu pemilihan langsung atau tidak? Ketiga, untuk Pemilihan Gubernur, apa masih pemilihan langsung atau dikembalikan ke DPRD? Keempat, tentang amandemen UUD 1945. Apakah masih diperlukan adanya Dewan Perwakilan Daerah (DPD) atau asas keterwakilan? (2/2/16)
Ada beberapa pembahasan yang menjadi diskusi utama Mukernas apabila saya baca dari beberapa media online tersebut pastinya tema utama Holopis Kuntul Baris menangkan rakyat dalam persaingan global, LGBT (Lesbian, gay, Biseksual dan Transgender), perbaikan sistem Pilkada, dan Amandemen UUD 1945.
Bagaimana PKB Memandang LGBT
Ketika saya membaca di situs resmi PKB, Cak Imin panggilan untuk ketua partai Muhaimin Iskandar, meletakkan isu LGBT di nomer teratas. Bisa jadi karena PKB didirikan oleh para ulama yang terjun ke politik dengan berasal dari kultur Agama Islam yang kuat. Bagaimanapun apabila masyarakat melihat partai ini termasuk saya kalangan anak muda, bahwa partai ini masih dilihat sebagai partai dengan dasar Agama Islam. Dalam ajaran Agama Islam para individu yang mengalami penyimpangan sexual merupakan perilaku yang keliru. Mereka itu perlu diselamatkan agar perilaku sexualnya tidak menyimpang.